SEANDAINYA

Tik..tok..tik..tokk

Suara jarum jam itu mengantarkanku pada sebuah kenangan masa lalu.

Kenangan tentang sebuah penyesalan.

Penyesalan yang untuk saat ini sangat sia-sia.

Karena dia yang telah hilang tak mungkin kembali.

Dan kini, saat aku menatap jarum jam itu, ingin rasanya ku memutar waktu kembali.

Ke arah dimana asal mula penyesalan itu di mulai.

***

“Alyssa, aku dengar kamu mau ke korea?”

“wah, Alyssa beneran nih?”

“beruntung banget sih kamu”

“kok bisa sih?? Sama siapa kamu ke korea?”

“jangan lupa oleh-olehnya ya hehe”

Sayup-sayup ku dengar perbincangan teman sekelasku. Dia Alyssa Senna Calista, sang tokoh utama dari

perbincangan mereka, hanya tersenyum dan menjawab seadanya. Alyssa siswi teladan di sekolahku ini,

dia anak yang baik, kaya juga memiliki banyak teman. Sedangkan aku, hanya seorang yang biasa-biasa

saja. Terkadang aku iri dengan apa yang dimiliki oleh Alyssa, orangtuanya sangat royal terhadapnya.

Contohnya saja nanti saat ulang tahunnya ia diberi hadiah jalan-jalan ke korea selama 3 hari.

Andai saja orangtuaku seperti orangtuanya Alyssa, tapi sayangnya orangtuaku terlalu pelit untuk

anaknya ini. Orangtuaku termasuk golongan yang berada kalau dilihat dari latar belakang temanku yang

lainnya. Dulu saja saat aku smp, aku pernah menjadi peringkat pertama, namun orangtuaku hanya

memelukku dan tersenyum tanpa memberi apapun sebagai apresiasi mereka untuk anak sulungnya ini.

Sebelum masuk SMA, aku anak yang selalu mengikuti perintah orangtua, namun kini aku sudah muak

sama mereka. Apapun yang aku mau tak pernah dituruti, sedang adikku yang sering sakit-sakitan itu

selalu diberikan yang dia mau. Jangan kira aku tak pernah bertanya mengapa demikian, aku sering

bertanya kenapa aku dibeda-bedakan dari adikku itu. Tapi, jawaban mereka selalu sama “ Irene kan

anak baik, harus mengerti dong gimana kondisi adikmu” dengan nada lembut ibuku berbicara seperti itu

kepadaku, namun aku sudah terlalu bosan mendengarnya.

To be continou..


By : Fitri A (Pend. MTK'13