Translate

Sunday 27 March 2016

ARTIKEL/OPINI

Kutub Utara – Kutub Selatan Masa Remaja
Atiqah Nur Farida

Detik pada jam digital itu selalu bergerak maju—ke arah kanan—berputar. Pasir

pada jam pasir selalu berjatuhan ke bawah, tentu bukan ke atas. Karena kehidupan

selalu memakai alur maju, hidup itu tentang masa depan bukan masa lalu. Dan

masa sekarang adalah masa yang bisa di bilang masa paling greget sepanjang

perjalanan hidup. Masa dimana tidak bisa di ulang lagi—bukan berarti masa yang

lain bisa diulang kembali. Masa remaja.

Aneh nggak sih? Sama remaja zaman sekarang yang maniak gadget. Seakan tidak

bisa lepas dari gadget. Rasanya kalau tanpa barang satu itu akan mustahil hidup,

hiperbola. Kemana-mana selalu di bawa, seakan tak merasa nyaman jika jemari

tidak bergemilang diatasanya. Dan lagi, selalu haus akan Socmed (Social Media).

Maksudnya, sedikit-sedikit laporan sama facebook, twitter dan teman-teman kedua

socmed tersebut. Untung saja kedua media itu tidak ‘hidup’ bagaimana bisa makhluk

hidup yang juga pasti punya masalah sendiri harus menampung masalah berjuta

orang. Iya, untungnya socmed itu tidak memberontak.

Tidak cukup sampai disitu, karena dampak dari socmed ini kebanyakan adalah

dampak negatif. Kenyataan yang lagi-lagi pahit adalah, perkataan seseorang di

socmed biasanya akan terkesan jauh lebih berani dan omongan yang tanpa fikir

panjang, juga sedikit tanggung jawabnya dari perkataan tersebut. Bukan hanya

omongan, bisa di lihat. Kebanyakan dari pengguna socmed juga sering mengirim

beberapa file jenis foto. Tak sedikit manusia-manusia yang terlihat berjilbab akan

menghamburkan jilbabnya ketika memasang foto di socmed, miris.

Kembali lagi pada masalah mengeluh. Mengeluh yang berlebih-lebihan, seakan

menjadi manusia yang paling punya masalah besar. Seakan tak ada lagi orang lain

yang mempunyai masalah, seakan hanya dia satu-satunya yang sedang tersakiti.

Atau entahlah yang lainya. Generasi remaja saat ini sungguhlah absurd dengan

gaya yang drama queen dan drama king. Dengan tempat mengadu lagi-lagi di

socmed sudah merasa menjadi yang paling keren, seakan yang tidak mengeluh,

memasang foto ‘hamburkan hijab’ dan tidak berkata buruk di socmed bukan lagi

anak gaul. Jika menjadi gaul adalah dengan seperti itu, bukankah lebih baik tidak

Gaul. Apakah gaul juga bisa di tunjukkan dengan menilai seseorang dengan

seenaknya? Maksudnya dengan hanya melihat tingkah laku seseorang—tanpa tahu

apa yang sebenarnya—terus dengan rasa paling benar menjudge seseorang itu.

Kejadian ini juga biasanya terjadi—lagi-lagi—di socmed. Kalau bisa di gunakan

secara positif kenapa pilih negatifnya?

Gaul. Apa gaul itu dengan tidak percaya dengan diri sendiri? Dengan memilih

percaya dengan orang lain yang belum tentu orang itu percaya pada dirinya sendiri.

Budaya mencontek, susah untuk di hilangkan. Karena kebanyakan siswa terdoktrin

untuk mendapat nilai yang bagus, bukan ilmu yang cukup. Padahal masa depan itu

di tentukan dengan ilmu yang kita dapat selaama ini bukan di tentukan dengan nilai-

nilai yang bertebaran di atas lembar jawab. Jadi, kalau saat ujian itu bukan

tergantung pada siapa pengawasnya tapi pada otak masing-masing ya. Sudah

berapa mampu kita untuk melewati ujian itu.

Kembali lagi ke masa remaja, seharusnya kita bisa mengisinya dengan berbagai hal

yang positif. Apapun itu, asalkan positif pasti akan sangat bermanfaat untuk masa

remaja kita cari pengalaman sebanyak-banyaknya. Bisa dengan berorganisasi

karena organisasi itu bisa jadi tempat pelarian kita supaya tidak terlalu tertarik dalam

dunia hedonisme atau pun suatu hal yang tidak bermanfaat.

Remaja, remaja itu seharusnya penuh ambisi terhadap masa depan. Percaya

dengan dirinya sendiri. Bisa berkaca akan dirinya sendiri, bisa memilih apa yang

baik dan apa yang harus di tinggalkan. Bisa memilih porsi dalam hal apapun itu

dengan takaran yang pas. Jangan Cuma di genggam gadgetnya, sekali-kali

genggamlah buku, di buka kemudian dibaca. Gadget jangan hanya digunakan untuk

bersocial media, hey, gadget bisa di gunakan untuk media pembelajaran.

Sebenarnya semua yang ada bisa di jadikan pembelajaran dan media untuk mencari

pengalaman, yang penting jangan terlalu cemen dalam menghadapi masalah, selalu

strong dan stay positive. (RF25)

No comments:

Ads Inside Post