Translate

Friday 14 September 2018

CERPEN


Tunggu aku, di waktuku. 

Ludfi Widyas Damaita / PGSD ‘ 16

“Bagaimana wawancaramu, nak?”
“Ah belum ma, HRDnya aneh. Jelas jelas aku yang lulusan S1 malah  ditolak. Yang lulusan SMA justru diterima”
“Loh kok bisa begitu?”
“Entahlah ma, aku capek. Nayra ke atas dulu ya ma. Mau mandi” kata Nayra  langsung menuju ke kamarnya yang berada di lantai atas.
Mamanya mendengus pelan. Sepertinya sang mama khawatir dengan putri bungsunya itu.
Di malam hari ketika dua kakak laki-lakinya pulang, semua keluarga berkumpul di rooftop rumah. Keluarga Hassan yang terdiri dari Pak Hassan Aryo, istrinya yang bernama Istiningrum, putra pertama mereka yang bernama Ferry Kunto Hassan, lalu putra keduanya yang bernama Rico Indra Hassan, dan yang terakhir tentunya putri mereka yaitu Nayra Fendra Hassan. Mereka bersendau gurau, sedikit berpesta teh di bawah sinar bulan yang terang malam itu. Mereka membicarakan Ferry yang pada bulan juli akan menikah dengan gadis aceh berblasteran arab. Namun tawa canda mereka seolah tak menggoyahkan Nayra untuk ikut bergabung. Ia hanya tersenyum kecut tanpa tahu dan ingin tahu apa yang dibicarakan keluarganya itu. Seolah tak ingin tertangkap ia sedang bersedih, ia turun ke balkon kamarnya. Telephonenya berbunyi.
“Halo? Assalamualaikum sasa” jawab Nayra yang mengangkat telephonenya
“Nay, besok ada waktu senggang gak? Anterin aku yuk, beli baju buat tunangan minggu depan” Ajak Alsa, sahabat Nayra.
“Jadwalku kosong kok sa buat minggu ini”
Okay, aku jemput ya?”
Okay, See you”
“Pukul 8 pagi ya nay jangan lupa. Wassalamualaikum”
“Ya, Walaikumsalam”
Adzan subuh berkumandang, Nayra terbangun. Sesegera ia mengambil air wudhu dan sholat. Ia turun ke lantai bawah dan menangkapi sang mama sedang menyiapkan sarapan.
“Ma, aku mau keluar. Mau jongging keliling kompleks”
“Tumben gak bantuin mama. Apa nggak terlalu kepagian sih nay”
“Nggak apa apa ma, nyobain jalan jalan pagi buta gini. Lagian aman juga lah ma, pak karyo selalu stay jagain kompleks kok” jawab nayra panjang lebar sambil membuka pintu lalu keluar tanpa salam
Mamanya hanya mendengus dan bergeleng-geleng kepala
Pukul enam pagi, semua keluarga Hassan sudah berkumpul di ruang makan menikmati sarapan mereka. Nayra yang baru saja sampai, duduk dan meminum susu yang sudah dibuatkan oleh Bu Isti.
“Gimana nay udah ada wawancara yang lolos?” Tanya pak Hassan sambil berhenti mengunyah rotinya.
“Nggak ada pertanyaan lain ya pa? udah tujuh lamaran nayra buat tapi belum lolos juga. Yang terakhir kemarin aneh banget lagi. Mana ada mahasiswa S1 kalah sama lulusan SMA” jawabnya dengan muka judes
“Yaudahlah nay mungkin belum rejeki kamu. Nggah usah ngeluh gitu, dulu rico aja nunggu setahun dulu. Makanya waktu jadi mahasiswa kemarin ikhtiar yang banyak dong. Nggak Cuma main sana sini nggak ada gunanya” kata Ferry
“Kak ferry sih enak, tanpa nyari kerja udah dipanggil, tabungan udah rontok rontok, jodoh dateng sendiri kaya kutub magnet yang berlawanan ditempelin tau nggak. Bang rico juga, sama cewek jogja itu nempel banget kaya prangko”
“hushhh~ kamu tuh kalau ngomong main seblak aja. Jualan seblak aja tuh di taman kota bandung” jawab rico
“sudah sudah, kalian ini seperti anak kecil saja, nggak pernah berubah”
“Nayra ke atas dulu ya, pa, ma. Mau mandi, ada janji bantuin Alsa nyari baju tunangan”
“Eh lu kapan?” teriak ferry sambil ketawa
“udahlah fer jangan kaya gitu, kasian adikmu. Harusnya kamu kasih dia semangat” kata bu isti
“becanda ma. Lagian dia kan cewek, serius banget yang cari kerjanya. Lagian kan aku sama rico udah kerja. Biarin aja dia agak nganggur bentar ma. Ferry berangkat ya ma, terus nanti pulang telat soalnya mau nengok pembangunan rumah yang ada di cinere ma”
“Rico juga ya ma, pulang malem. Lembur, hehe”
Dua laki laki itu berlalu memakai pakaian rapi dan tas kantoran.
Matahari terlihat sudah condong, pukul delapan tepat Alsa menjemput Nayra di depan rumahnya.
“Udah sarapan, Nay?” Tanya alsa sambil menutup kaca mobil sisi samping nayra “Nih aku kasih pudding, buatan mamiku” sambil menyodorkan kardus kecil yang berisikan puding
“Udah tadi sepotong roti sama susu. Kadang males di rumah, cuma dengar orang nanyain kerja tiap hari. Apa nggak ada yang lain”
“wajarlah Nay, keluargamu kan khawatir kamu dapat kerjaannya lama.”
“iya tapi kan bisa sabar sedikit atau kasih semangat gitulah sa” jawabnya sambil memakan pudding dengan lahabnya “wait, ini pudding mami kamu yakin?” kata Nayra tidak percaya, ia membaca tulisan yang ada di kardus “hei- ini kan kherby” teriak nayra
“habis dari tadi kamu murung terus sampai keriput kaya nenek nenek gitu”
“apaan sih sa”
Sesampainya mereka di depan denada boutique daerah depok. Alsa mengajak nayra masuk, memilih milih beberapa dress yang cocok untuk hijab warna merah jambu.
“gimana kalo ini nay? Bagus gak?”
“apa gak bagus yang ini sih sa, bahannya bagus. Nggak panas tapi tetep lumayan glamour buat hari tunangan. Lagian kamu kurang tujuh hari baru nyari”
“coba lihat deh nay” kata alsa megambil baju yang dipilihkan nayra untuknya “emang kamu pinter ya nay, heran. Kemahalan kali, buat apaan harga satu juta dipakai sekali doang. Kalau pas nikah baru ok” gerutu alsa
“gini deh coba aku tanya ke tetehnya” jawab nayra memanggil penjaga butik “teh pemilik butiknya ada?”
“oh iya kebetulan saya sendiri”
“oh halo teh maaf hehe. Ada rekomendasi dress yang agak glamour tapi tetap santai nggak teh? Tapi jangan yang mahal mahal hehe soalnya mau dipakai sekali saja”
“oh mari ikut kak” jawab sang pemilik butik
Mereka memilih milih dan beberapa kali nayra menanyakan karya karya yang ada di butik itu.
“Sepertinya kakak ada minat di fashion ya? Semua gaun yang kakak tanyakan benar benar dari bahan terbaik kami”
“oh hahaha~ sedikit teh, mama saya kebetulan dulu penjahit dan sempet puya butik tapi sekarang mama udah di rumah jadi kami kemari. Kami pergi dulu ya teh”
“ah jadi begitu ya kak, kapan kapan mampir lagi kak”
Nayra dan alsa masuk ke dalam mobil
“Finally you got the grey one sa, so beautiful dress. Fighting sa buat minggu depan”
Nayra memacu mobilnya sangat cepat. Mereka menghabiskan siang dengan makan dan mampir di beberapa toko buku dan nayra memborong buku hingga sepuluh judul buku.
“okay nay, you’re crazy driver. Apa kamu mau ngabisin hari hari kamu dengan buku buku itu aja hmm?”
“yes, hahaha lumayan sambil nyari mood buat ngelamar kerja lagi. Aku balik ya, makasih loh buat hari ini” kata nayra keluar dari mobil alsa”
Alsa berlalu, nayra tergopoh gopoh membawa sepuluh buku yang ia beli ke dalam rumah.
“assalamualaikum” kata nayra sambil membuka pintu
Tidak ada satu orang pun yang menjawab.
“Maaa mamaaa. Kak ferry? Kak ricooo?”
Tidak ada orang sama sekali di kediaman keluarga Hassan. Nayra memandang foto yang ada di pinngiran ruang tamu. Ia menatap nanar fotonya dengan seorang laki-laki yang lima belas tahun lalu diambil, mereka berpelukan menunjukkan senyum kearah kamera. Nayra menghela nafas lalu pergi naik dan meninggalkan buku buku yang ia beli.
Seminggu berlalu, nayra menghadiri pertunangan Alsa. Ia melihat alsa sangat senang dan tersenyum disamping Tio, calonnya. Nayra tak berpikir berat ketika banyak teman alsa menanyakan kapan dia menyusul alsa. Ia meminum segelas lemon juice dan ia berpamitan dengan papi mami alsa dan ia melambaikan tangan ke alsa, kode untuk berpamitan setelah ia berswafoto dengan alsa.
“Nay, kok buru buru banget sih” sapa seorang laki laki yang menyusul alsa ke pintu rumah
“kak wisnu” sapanya ke kakak laki laki alsa itu.
“kok buru buru banget kenapa? Aku masih kangen kamu loh”
“ah kak ini bisa aja. Iya nih mau nganter mama belanja buat nikahannya bang ferry bulan depan. Btw kok kakak tumben di rumah, biasanya layar” kata nayra sambil berlajan kearah motornya diikuti wisnu
“pengenlah liat calon adik, berani beraninya dia ngelangkahin aku mau nikah duluah hahaha. Sama sekalian mau lihat kamu, udah lima tahun sekarang beda ya” goda wisnu
“hehehe tambah gemuk ya? Kalau gitu aku pamit dulu ya kak. Udah ditunggu mama”
“okay hati hati ya” jawab wisnu sambil melambaikan tangan ke nayra
Hari hari berlalu dengan cepat, tak terasa pernikahan ferry tinggal enam minggu lagi. Masih dengan nayra yang pusing mencari pekerjaan.
Di bulan juni yang cerah, langit biru bersih menyapa pagi nayra
“Ma, aku sudah mengirim lamaran pekerjaan di lima televise swasta ma. Yang salah satunya aku sudah mengirim sebanyak delapan kali tapi semoga yang terakhir dipanggil ma” gerutu nayra sambil mengupas apel untuk variasi buah di sarapan keluarga Hassan.

“baguslah. Kamu memang tidak kenal menyerah. Kenapa baru sekarang? Dimana usahamu saat menjadi mahasiswa kemarin?”
“ah mama, ya maaf ma nayra masih nakal dan tidak tahu waktu. Tapi kali ini aku akan berusaha sampai titik darah penghabisan”
“hush kamu ini kalau ngomong sembarangan. Yang paling penting sekarang kamu harus membantu mama untuk menata seragam keluarga di pernikahan kak ferry”
“kalau itu sih kecil ma, tenang aja ma. Nayra nanti mau pergi kok sama bang rico buat nyari kain ke bandung trade center. Ya kita sih cari buat seragamnya yang anak muda ma, kalau mama mau cari yang buat mom’s lover ya besok cari lagi. Masih ada waktu seminggu kan?”
Delapan jam kemudian
“Bang rico~ aku udah tunggu di bawah ni. Mau berapa lama lagi?” teriak nayra dari arah halaman rumah
“iya iya bawel banget sih, tunggu bentar”
Setelah rico datang, ia membuka pintu mobil dan mereka berangkat. Sesampainya di pusat penjualan kain itu, nayra sangat bahagia. Ia tersenyum lebar sambil berjalan, ia bahkan menyapa semua penjual yang menawarinya kain.
“bener bener surga wanita ya bang” celetuknya sambil memakan es krim coklatya
“itu kan kamu, aku cuma budak yang bakal bawain dan bilang iya atau nggak”
“ya seenggaknya kan aku Tanya pendapat bang rico, ya itung itung jadi pacar bohongan akulah bang. Kan jarang abang cakepku ini jalan jalan sama adiknya” canda nayra
“yaudah cepet tuh pilih. Tawar yang bener, kita ada 15 perempuan dan 10 laki laki loh, inget itu”
“okay, santai dong bang aku kan anak manajemen jadi slow down bro”
Nayra memilih kain di beberapa toko, memilih harga yang pas dan kain yang menurut mereka berdua cocok untuk selera sepupu mereka. Setelah mereka mendapatkan semua kainnya. Mereka pulang. Dengan sempoyongan, rico mengekori nayra yang membukakan pintu rumah.
“Ma, aku udah pulang ma. Lihat, bagus loh mah kainnya. Setipe pernikahannya pangeran inggris kemarin ma” teriak nayra dari lantai bawah.
“Gausah mulai ngaco, iya mama percaya sama kamu. Udah cepet kasih list dan bagiin di rumah sepupu besok harus sudah mulai bagi dan selesai hari itu juga”
“iya mah”
Rico membungkus satu persatu kain dengan plastic baju yang diberikan sang penjual tadi. Sedangkan nayra menempel nama nama sepupu yang menjadi daftar yang akan mereka berikan.
Minggu esok di bulan juni sudah menyapa lagi, pukul tujuh pagi rico dan nayra sudah bersiap mengantar kain sampai keliling Jakarta selatan sekalipun.
“kamu sudah siap? barang bawaan gak ada yang ketinggalan kan?” Tanya rico
“udah semua kok tenang aja, hanphone, buku, dompet, eemmm charger, semua siap” jawab nayra
“mukenah?”
“oh iya masya allah lupa”
Dengan segera nayra mengambil mukenah dan mereka berangkat. Di jalan yang sedikit macet rico memecah keheningan yang dikarenakan nayra sibuk dengan buku bacaannya.
“woy, gue jangan dicuekin dong” teriak rico mengagetkan
“habis bang rico nyetir tadi serius banget, aku kan jadi bosen”
“oh sorry sorry habisnya harus ngebut. Btw nay, aku kepo satu hal deh dari kamu”
“apaan?”
“Kamu udah nggak kontakan sama Mekka lagi ya?”
“kok abang tiba tiba jadi Tanya dia. Aku gatau dia dimana sekarang. Dia udah tiga tahun nggak ada kabar”
“kamu nggak nyariin? Nggak kangen?”
“bang rico nih apa apaan sih. Nggak mutu tau nggak”
Setelah nayra tak terlalu menanggapi pertanyaan rico, keheningan mulai menyeruah kembali hingga mereka tiba di rumah-rumah sepupu mereka. Kebanyakan sepupu menyanjung pilihan kain yang nayra pilih. Mereka berpendapat bahwa sangat cantik jika wanita memakai warna kain yang ia pilihkan, ada juga yang berkata akan menjadi seorang putri karena ia mendapatkan kain yang cantik dari nayra.
Sesampainya mereka di rumah akan mereka singgahi lebih lama karena mereka akan menginap di rumah sepupu mereka di bekasi karena hari hampir larut malam dan rico juga nayra sudah tidak sanggup untuk menempuh jarak bekasi-bandung.
“assalamualaikum, tante bekti” panggil nayra sambil mengetuk pintu rumah bibinya itu
“walaikum salam, eh nayra, rico. Akhirnya kalian sudah sampai, tante khawatir, mama kalian sudah menelphone menanyakan apa kalian sudah sampai atau belum”
“maaf ya tante jadi repot” sahut rico
“aduh kamu ini co. kaya sama siapa aja. Yaudah kalian cepet mandi gih, tante udah buatin makan malam. Sorry om sama Kendra udah tidur duluan soalnya mereka habis terbang dari Surabaya”
“ah iya tante, kita nggak apa apa kok. Pasti om sama Kendra juga capek banget. Kalau renata kemana tante?”
“ah dia menginap di tempat temannya karena tugasnya banyak, biasa anak muda jaman sekarang nay”
Mereka berbincang bincang agak lama hingga rico sudah selesai mandi dan menyuruh nayra untuk mandi juga.
Selesainya nayra mandi. Tante benti, rico, dan nayra menyantap makan malam mereka di ruang makan.
“Nay kamu nanti tidur di kamar rena aja ya, rico kamu tidur di kamar atas yang biasanya di pakai buat kerja om. Bednya baru kok”
“iya tante, rico dimana aja juga bisa tidur kok, sofa, tikeran doang juga nggak masalah tante”
“ahahahaha, kamu ini co. mumpung disini buat istirahat. Istirahat yang baik lah co” kata tante bekti sambil menambahkan sepotong ikan di mangkuk rico “btw nay, tante lihat dong kain yang kamu pilih”
“ah iya tante” jawab nayra mengambil kain yang akan ia berikan untuk Kendra dan rena
“Wuah- kenapa kamu pilih warna ini nay?” Tanya tante bekti
“karena aku piker warnanya cocok buat anak muda tante, lagipula itu terlihat glamour tapi tetep klasik, simple. Nggak banyak motif” jawab nayra sambil mengunyah makanannya
“kamu pinter banget nay. Jujur tante sebagai orang tua suka kalau lihat anak muda pakai warna kaya gini nay”
“ah tante bekti bisa aja. Nay lagi beruntung aja tante, dan harganya pas banget”
Mereka berbincang bincang tanpa mereka sadari sudah terlalu larut. Rico dan nayra tidur agar besok pagi segar dan bisa kembali ke bandung tanpa lelah. Di pagi harinya mereka pulang. Berhari hari bahkan berminggu minggu nayra sibuk dengan wawancaranya di stasiun televise hingga membantu mamanya menyiapkan pernikahan ferry.
Dua minggu sebelum pernikahan ferry telah tiba. Semakin riuk suasana mendekati pernikahan ferry.
Ferry datang dengan teriak teriak memanggil bu isti, rico, dan pak Hassan yang kebetulan sedang di rumah.
“Aku harus gimana ini, ma, pa?” Tanya ferry sambil mondar mandir tidak jelas penuh kebingungan
“apa sih fer?” Tanya bu isti
“iya apa fer. Katakan! Apa ada yang kurang persiapanmu? Bukannya sudah semua beres?”
“gawat pa, ma. Ferry harus apaaa” teriaknya sambil mengacak ngacak rambut
“iya tapi apa kak ferry” Tanya nayra tegas
“gedung pernikahan yang ku sewa kebakaran maaa, semuanya hancur dan kita nggak bakal bisa nemuin gedung baru. Nggak ada gedung yang bisa disewa buat h-14”
“ok bisa sih fer” Tanya pak Hassan yang juga mulai bingung
Semua orang bingung, dari rico berlari sana sini, pak Hassan menelephone orang terdekat, bu isti yang menunggu hasil di samping pak Hassan, dan nayra yang memerhatikan ferry sambil berpikir.
“okay~ stop semuanya. Gini aja” kata nayra yang membuat orang berkumpul “om anton, kan punya lahan di daerah sini. Bagaimana kalau pernikahannya dijadiin garden party aja?”
“nay, kamu gausah sok bereksperimen deh. Ini genting nay. Undangan udah disebar kemana mana”
“terus bagaimana dong bang. Kita harus usaha dong untuk merubah itu. Abang harus cari semua kontak undangan dan memberikan mereka email atau setidaknya chat yang berupa undangan yang baru. Jadi acara tetap lancar dan sesuai. Nggak perlu khawatir dengan tamu undangan yang sudah meluangkan jadwalnya” jelas nayra panjang lebar
“okay, malam ini kita pikirkan itu semuanya. Kita matangkan konsepnya, besok kita undang keluarga dari mempelai wanita. Soalnya walaupun yang mengunduh pihak wanita tapi kebetulan gedungnya yang ngurus aku” jawab ferry yakin
Hari H pernikahan telah datang. Semua tamu berbincang bincang mengenai konsep pernikahan yang cukup unik dan indah. Dengan garden yang pas di bulan juli yang cerah. Resepsi sudah selesai. Semua kembali normal, hanya saja bedanya ada satu wanita lagi yang tinggal di rumah keluarga Hassan. Karena rumah yang dibangun ferry belum selesai jadi telah diputuskan untuk satu tahun kedepan Nadda, istri ferry akan menetap di rumah keluarga Hassan.
Terdengar sebuah ketukan dari arah pintu utama. Nadda membukakan pintu
“Permisi kak, kak nayranya ada?” Tanya seseorang perempuan yang datang
“oh ada kak, tungu sebentar ya saya panggilkan” jawab nadda “nay, dek nay dicariin” teriak nadda dari lantai bawah
“ya kak tunggu” balas nayra yang berhenti di obrolannya bersama alsa
Nayra menemui wanita yang katanya mecarinya
“ya, ada yang bisa saya bantu. Saya nayra”
“oh jadi ini ya mbak nayra. Perkenalkan saya nesti dari wedding organizer nomor satu di jawa barat. Saya mendengar informasi dari kak rico yang mengatakan bahwa konsep pernikahan yang di garden milik kakaknya kak rico itu, kak nayra ya yang desain?”
“ah iya benar kak, ada apa ya?
“jadi begini mbak, kami sedang mencari pencetus ide baru dan mencari orang yang mau berkreasi dengan kami di dekorasi wedding organizer kami. Maaf saya langsung to the point. Saya sangat menyukai konsep yang kak nayra tuangkan di pesta pernikahan itu, terlebih lagi itu ide yang dadakan namun hasilnya cukup bahkan sangan memuaskan, berbeda dari yang lain kak. Jadi kalau berkenan saya sebagai manajer dari wedding organizer kami mengajak kak nayra untuk bergabung bersama kami” jelas panjang lebar nesti
“ah benarkah kak? Menurutku itu bukan ide yang terlalu bagus”
“nggak kok kak, kakak bener. Duku waktu saya ngajak nayra ke butik. Pemilik butiknya juga bilang kalau baju pilihan nayra adalah baju dengan kualitas produk terbaik” tambah alsa yang menyela
“ah benarkan? Saya tidak salah lagi” kata nesti
“iya benar, saya juga setuju. Gaun yang aku pakai juga nayra yang mengubahnya dan membuatku lebih percaya diri”
“waah kak nayra memang hebat. Saya tidak ragu lagi. Jadi bagaimana kak? Apakah kakak bersedia bergabung bersma kami. Kalau kakak mempunyai kerja utama yang lain kami siap untuk mengikuti jadwal kak nayra”
“baiklah saya terima” jawab nayra sambil tersenyum lebar. Pada saat itu juga ferry, rico, pak Hassan, dan bu Hassan datang. Mereka ikut berbahagia karena nayra menemukan pekerjaan baru. Semua orang bergembira, ya walaupun pekerjaan di wedding organizer itu bukan sejurusan dengan kuliah nayra namun banyak orang yang terkagum akan hasil nayra.
Di bulan agustus, nayra sudah sibuk di wedding organizernya. Ia mendapatkan banyak pujian dari hasil karyanya. Sehingga wedding organizer itu ceoat berkembang dan mendpatkan banyak pesanan.
Di tengah tengah sibuknya menata dekorasi, nayra mengangkat telephone yang sejak tadi berbunyi
“ya halo. Dengan Nayra Hassan. Maaf ini siapa ya?”
“Halo selamat siang saudari nayra. Kami dari televise swasta group telah menetapkan hasil wawancara bulan lalu. Kami menerima saudari nayla sebagai reporter junior kami. Silahkan cek ke official web kami atau datang langsung ke kantor kami. Terima kasih selamat siang” jawab telephone tersebut lalu tertutup
Ada satu telephone lagi yang berbunyi
“ya halo, dengan Nayra Hassan. Maaf ini siapa ya?”
“Nay, aku udah di depan rumah kamu nih, pakai seragam biru biru gini gerah nay, cepet pulang ya”
“mekka?” jawab nayra sambil berekspresi kaget
Nayra sangat bahagia dengan apa yang ia cita citakan akhirnya satu persatu mulai terkabul dan penantiannya selama ini telah terbayarkan. Begitu juga dengan kembalinya mekka yang sering disinggung oleh rico dan bu isti kemana sebenarnya mekka, sahabat laki laki kecil nayra yang ia sayangi.

No comments:

Ads Inside Post