Tunggu aku, di waktuku.
Ludfi Widyas Damaita / PGSD ‘ 16
“Bagaimana
wawancaramu, nak?”
“Ah
belum ma, HRDnya aneh. Jelas jelas aku yang lulusan S1 malah ditolak. Yang lulusan SMA justru diterima”
“Loh
kok bisa begitu?”
“Entahlah
ma, aku capek. Nayra ke atas dulu ya ma. Mau mandi” kata Nayra langsung menuju ke kamarnya yang berada di
lantai atas.
Mamanya
mendengus pelan. Sepertinya sang mama khawatir dengan putri bungsunya itu.
Di
malam hari ketika dua kakak laki-lakinya pulang, semua keluarga berkumpul di
rooftop rumah. Keluarga Hassan yang terdiri dari Pak Hassan Aryo, istrinya yang
bernama Istiningrum, putra pertama mereka yang bernama Ferry Kunto Hassan, lalu
putra keduanya yang bernama Rico Indra Hassan, dan yang terakhir tentunya putri
mereka yaitu Nayra Fendra Hassan. Mereka bersendau gurau, sedikit berpesta teh
di bawah sinar bulan yang terang malam itu. Mereka membicarakan Ferry yang pada
bulan juli akan menikah dengan gadis aceh berblasteran arab. Namun tawa canda
mereka seolah tak menggoyahkan Nayra untuk ikut bergabung. Ia hanya tersenyum
kecut tanpa tahu dan ingin tahu apa yang dibicarakan keluarganya itu. Seolah
tak ingin tertangkap ia sedang bersedih, ia turun ke balkon kamarnya. Telephonenya
berbunyi.
“Halo?
Assalamualaikum sasa” jawab Nayra
yang mengangkat telephonenya
“Nay,
besok ada waktu senggang gak? Anterin aku yuk, beli baju buat tunangan minggu
depan” Ajak Alsa, sahabat Nayra.
“Jadwalku
kosong kok sa buat minggu ini”
“Okay, aku jemput ya?”
“Okay, See you”
“Pukul
8 pagi ya nay jangan lupa. Wassalamualaikum”
“Ya,
Walaikumsalam”
Adzan
subuh berkumandang, Nayra terbangun. Sesegera ia mengambil air wudhu dan
sholat. Ia turun ke lantai bawah dan menangkapi sang mama sedang menyiapkan
sarapan.
“Ma,
aku mau keluar. Mau jongging keliling
kompleks”
“Tumben
gak bantuin mama. Apa nggak terlalu kepagian sih nay”
“Nggak
apa apa ma, nyobain jalan jalan pagi buta gini. Lagian aman juga lah ma, pak
karyo selalu stay jagain kompleks kok”
jawab nayra panjang lebar sambil membuka pintu lalu keluar tanpa salam
Mamanya
hanya mendengus dan bergeleng-geleng kepala
Pukul
enam pagi, semua keluarga Hassan sudah berkumpul di ruang makan menikmati
sarapan mereka. Nayra yang baru saja sampai, duduk dan meminum susu yang sudah
dibuatkan oleh Bu Isti.
“Gimana
nay udah ada wawancara yang lolos?” Tanya pak Hassan sambil berhenti mengunyah
rotinya.
“Nggak
ada pertanyaan lain ya pa? udah tujuh lamaran nayra buat tapi belum lolos juga.
Yang terakhir kemarin aneh banget lagi. Mana ada mahasiswa S1 kalah sama
lulusan SMA” jawabnya dengan muka judes
“Yaudahlah
nay mungkin belum rejeki kamu. Nggah usah ngeluh gitu, dulu rico aja nunggu
setahun dulu. Makanya waktu jadi mahasiswa kemarin ikhtiar yang banyak dong.
Nggak Cuma main sana sini nggak ada gunanya” kata Ferry
“Kak
ferry sih enak, tanpa nyari kerja udah dipanggil, tabungan udah rontok rontok, jodoh
dateng sendiri kaya kutub magnet yang berlawanan ditempelin tau nggak. Bang
rico juga, sama cewek jogja itu nempel banget kaya prangko”
“hushhh~
kamu tuh kalau ngomong main seblak aja. Jualan seblak aja tuh di taman kota
bandung” jawab rico
“sudah
sudah, kalian ini seperti anak kecil saja, nggak pernah berubah”
“Nayra
ke atas dulu ya, pa, ma. Mau mandi, ada janji bantuin Alsa nyari baju tunangan”
“Eh
lu kapan?” teriak ferry sambil ketawa
“udahlah
fer jangan kaya gitu, kasian adikmu. Harusnya kamu kasih dia semangat” kata bu
isti
“becanda
ma. Lagian dia kan cewek, serius banget yang cari kerjanya. Lagian kan aku sama
rico udah kerja. Biarin aja dia agak nganggur bentar ma. Ferry berangkat ya ma,
terus nanti pulang telat soalnya mau nengok pembangunan rumah yang ada di
cinere ma”
“Rico
juga ya ma, pulang malem. Lembur, hehe”
Dua
laki laki itu berlalu memakai pakaian rapi dan tas kantoran.
Matahari
terlihat sudah condong, pukul delapan tepat Alsa menjemput Nayra di depan
rumahnya.
“Udah
sarapan, Nay?” Tanya alsa sambil menutup kaca mobil sisi samping nayra “Nih aku
kasih pudding, buatan mamiku” sambil menyodorkan kardus kecil yang berisikan
puding
“Udah
tadi sepotong roti sama susu. Kadang males di rumah, cuma dengar orang nanyain
kerja tiap hari. Apa nggak ada yang lain”
“wajarlah
Nay, keluargamu kan khawatir kamu dapat kerjaannya lama.”
“iya
tapi kan bisa sabar sedikit atau kasih semangat gitulah sa” jawabnya sambil
memakan pudding dengan lahabnya “wait, ini pudding mami kamu yakin?” kata Nayra
tidak percaya, ia membaca tulisan yang ada di kardus “hei- ini kan kherby”
teriak nayra
“habis
dari tadi kamu murung terus sampai keriput kaya nenek nenek gitu”
“apaan
sih sa”
Sesampainya
mereka di depan denada boutique daerah depok. Alsa mengajak nayra masuk,
memilih milih beberapa dress yang cocok untuk hijab warna merah jambu.
“gimana
kalo ini nay? Bagus gak?”
“apa
gak bagus yang ini sih sa, bahannya bagus. Nggak panas tapi tetep lumayan
glamour buat hari tunangan. Lagian kamu kurang tujuh hari baru nyari”
“coba
lihat deh nay” kata alsa megambil baju yang dipilihkan nayra untuknya “emang
kamu pinter ya nay, heran. Kemahalan kali, buat apaan harga satu juta dipakai
sekali doang. Kalau pas nikah baru ok” gerutu alsa
“gini
deh coba aku tanya ke tetehnya” jawab nayra memanggil penjaga butik “teh
pemilik butiknya ada?”
“oh
iya kebetulan saya sendiri”
“oh
halo teh maaf hehe. Ada rekomendasi dress yang agak glamour tapi tetap santai
nggak teh? Tapi jangan yang mahal mahal hehe soalnya mau dipakai sekali saja”
“oh
mari ikut kak” jawab sang pemilik butik
Mereka
memilih milih dan beberapa kali nayra menanyakan karya karya yang ada di butik
itu.
“Sepertinya
kakak ada minat di fashion ya? Semua gaun yang kakak tanyakan benar benar dari
bahan terbaik kami”
“oh
hahaha~ sedikit teh, mama saya kebetulan dulu penjahit dan sempet puya butik
tapi sekarang mama udah di rumah jadi kami kemari. Kami pergi dulu ya teh”
“ah
jadi begitu ya kak, kapan kapan mampir lagi kak”
Nayra
dan alsa masuk ke dalam mobil
“Finally
you got the grey one sa, so beautiful dress. Fighting sa buat minggu depan”
Nayra
memacu mobilnya sangat cepat. Mereka menghabiskan siang dengan makan dan mampir
di beberapa toko buku dan nayra memborong buku hingga sepuluh judul buku.
“okay
nay, you’re crazy driver. Apa kamu mau ngabisin hari hari kamu dengan buku buku
itu aja hmm?”
“yes,
hahaha lumayan sambil nyari mood buat ngelamar kerja lagi. Aku balik ya,
makasih loh buat hari ini” kata nayra keluar dari mobil alsa”
Alsa
berlalu, nayra tergopoh gopoh membawa sepuluh buku yang ia beli ke dalam rumah.
“assalamualaikum”
kata nayra sambil membuka pintu
Tidak
ada satu orang pun yang menjawab.
“Maaa
mamaaa. Kak ferry? Kak ricooo?”
Tidak
ada orang sama sekali di kediaman keluarga Hassan. Nayra memandang foto yang
ada di pinngiran ruang tamu. Ia menatap nanar fotonya dengan seorang laki-laki
yang lima belas tahun lalu diambil, mereka berpelukan menunjukkan senyum kearah
kamera. Nayra menghela nafas lalu pergi naik dan meninggalkan buku buku yang ia
beli.
Seminggu
berlalu, nayra menghadiri pertunangan Alsa. Ia melihat alsa sangat senang dan
tersenyum disamping Tio, calonnya. Nayra tak berpikir berat ketika banyak teman
alsa menanyakan kapan dia menyusul alsa. Ia meminum segelas lemon juice dan ia
berpamitan dengan papi mami alsa dan ia melambaikan tangan ke alsa, kode untuk
berpamitan setelah ia berswafoto dengan alsa.
“Nay,
kok buru buru banget sih” sapa seorang laki laki yang menyusul alsa ke pintu
rumah
“kak
wisnu” sapanya ke kakak laki laki alsa itu.
“kok
buru buru banget kenapa? Aku masih kangen kamu loh”
“ah
kak ini bisa aja. Iya nih mau nganter mama belanja buat nikahannya bang ferry
bulan depan. Btw kok kakak tumben di rumah, biasanya layar” kata nayra sambil
berlajan kearah motornya diikuti wisnu
“pengenlah
liat calon adik, berani beraninya dia ngelangkahin aku mau nikah duluah hahaha.
Sama sekalian mau lihat kamu, udah lima tahun sekarang beda ya” goda wisnu
“hehehe
tambah gemuk ya? Kalau gitu aku pamit dulu ya kak. Udah ditunggu mama”
“okay
hati hati ya” jawab wisnu sambil melambaikan tangan ke nayra
Hari
hari berlalu dengan cepat, tak terasa pernikahan ferry tinggal enam minggu
lagi. Masih dengan nayra yang pusing mencari pekerjaan.
Di
bulan juni yang cerah, langit biru bersih menyapa pagi nayra
“Ma,
aku sudah mengirim lamaran pekerjaan di lima televise swasta ma. Yang salah
satunya aku sudah mengirim sebanyak delapan kali tapi semoga yang terakhir
dipanggil ma” gerutu nayra sambil mengupas apel untuk variasi buah di sarapan
keluarga Hassan.
“baguslah. Kamu memang tidak kenal menyerah. Kenapa baru sekarang? Dimana usahamu saat menjadi mahasiswa kemarin?”
“ah
mama, ya maaf ma nayra masih nakal dan tidak tahu waktu. Tapi kali ini aku akan
berusaha sampai titik darah penghabisan”
“hush
kamu ini kalau ngomong sembarangan. Yang paling penting sekarang kamu harus
membantu mama untuk menata seragam keluarga di pernikahan kak ferry”
“kalau
itu sih kecil ma, tenang aja ma. Nayra nanti mau pergi kok sama bang rico buat
nyari kain ke bandung trade center. Ya kita sih cari buat seragamnya yang anak
muda ma, kalau mama mau cari yang buat mom’s lover ya besok cari lagi. Masih
ada waktu seminggu kan?”
Delapan
jam kemudian
“Bang
rico~ aku udah tunggu di bawah ni. Mau berapa lama lagi?” teriak nayra dari
arah halaman rumah
“iya
iya bawel banget sih, tunggu bentar”
Setelah
rico datang, ia membuka pintu mobil dan mereka berangkat. Sesampainya di pusat
penjualan kain itu, nayra sangat bahagia. Ia tersenyum lebar sambil berjalan,
ia bahkan menyapa semua penjual yang menawarinya kain.
“bener
bener surga wanita ya bang” celetuknya sambil memakan es krim coklatya
“itu
kan kamu, aku cuma budak yang bakal bawain dan bilang iya atau nggak”
“ya
seenggaknya kan aku Tanya pendapat bang rico, ya itung itung jadi pacar
bohongan akulah bang. Kan jarang abang cakepku ini jalan jalan sama adiknya”
canda nayra
“yaudah
cepet tuh pilih. Tawar yang bener, kita ada 15 perempuan dan 10 laki laki loh,
inget itu”
“okay,
santai dong bang aku kan anak manajemen jadi slow down bro”
Nayra
memilih kain di beberapa toko, memilih harga yang pas dan kain yang menurut
mereka berdua cocok untuk selera sepupu mereka. Setelah mereka mendapatkan
semua kainnya. Mereka pulang. Dengan sempoyongan, rico mengekori nayra yang
membukakan pintu rumah.
“Ma,
aku udah pulang ma. Lihat, bagus loh mah kainnya. Setipe pernikahannya pangeran
inggris kemarin ma” teriak nayra dari lantai bawah.
“Gausah
mulai ngaco, iya mama percaya sama kamu. Udah cepet kasih list dan bagiin di
rumah sepupu besok harus sudah mulai bagi dan selesai hari itu juga”
“iya
mah”
Rico
membungkus satu persatu kain dengan plastic baju yang diberikan sang penjual
tadi. Sedangkan nayra menempel nama nama sepupu yang menjadi daftar yang akan
mereka berikan.
Minggu
esok di bulan juni sudah menyapa lagi, pukul tujuh pagi rico dan nayra sudah
bersiap mengantar kain sampai keliling Jakarta selatan sekalipun.
“kamu
sudah siap? barang bawaan gak ada yang ketinggalan kan?” Tanya rico
“udah
semua kok tenang aja, hanphone, buku, dompet, eemmm charger, semua siap” jawab
nayra
“mukenah?”
“oh
iya masya allah lupa”
Dengan
segera nayra mengambil mukenah dan mereka berangkat. Di jalan yang sedikit
macet rico memecah keheningan yang dikarenakan nayra sibuk dengan buku
bacaannya.
“woy,
gue jangan dicuekin dong” teriak rico mengagetkan
“habis
bang rico nyetir tadi serius banget, aku kan jadi bosen”
“oh
sorry sorry habisnya harus ngebut. Btw nay, aku kepo satu hal deh dari kamu”
“apaan?”
“Kamu
udah nggak kontakan sama Mekka lagi ya?”
“kok
abang tiba tiba jadi Tanya dia. Aku gatau dia dimana sekarang. Dia udah tiga
tahun nggak ada kabar”
“kamu
nggak nyariin? Nggak kangen?”
“bang
rico nih apa apaan sih. Nggak mutu tau nggak”
Setelah
nayra tak terlalu menanggapi pertanyaan rico, keheningan mulai menyeruah
kembali hingga mereka tiba di rumah-rumah sepupu mereka. Kebanyakan sepupu
menyanjung pilihan kain yang nayra pilih. Mereka berpendapat bahwa sangat
cantik jika wanita memakai warna kain yang ia pilihkan, ada juga yang berkata
akan menjadi seorang putri karena ia mendapatkan kain yang cantik dari nayra.
Sesampainya
mereka di rumah akan mereka singgahi lebih lama karena mereka akan menginap di
rumah sepupu mereka di bekasi karena hari hampir larut malam dan rico juga
nayra sudah tidak sanggup untuk menempuh jarak bekasi-bandung.
“assalamualaikum,
tante bekti” panggil nayra sambil mengetuk pintu rumah bibinya itu
“walaikum
salam, eh nayra, rico. Akhirnya kalian sudah sampai, tante khawatir, mama
kalian sudah menelphone menanyakan apa kalian sudah sampai atau belum”
“maaf
ya tante jadi repot” sahut rico
“aduh
kamu ini co. kaya sama siapa aja. Yaudah kalian cepet mandi gih, tante udah
buatin makan malam. Sorry om sama Kendra udah tidur duluan soalnya mereka habis
terbang dari Surabaya”
“ah
iya tante, kita nggak apa apa kok. Pasti om sama Kendra juga capek banget.
Kalau renata kemana tante?”
“ah
dia menginap di tempat temannya karena tugasnya banyak, biasa anak muda jaman
sekarang nay”
Mereka
berbincang bincang agak lama hingga rico sudah selesai mandi dan menyuruh nayra
untuk mandi juga.
Selesainya
nayra mandi. Tante benti, rico, dan nayra menyantap makan malam mereka di ruang
makan.
“Nay
kamu nanti tidur di kamar rena aja ya, rico kamu tidur di kamar atas yang
biasanya di pakai buat kerja om. Bednya baru kok”
“iya
tante, rico dimana aja juga bisa tidur kok, sofa, tikeran doang juga nggak
masalah tante”
“ahahahaha,
kamu ini co. mumpung disini buat istirahat. Istirahat yang baik lah co” kata
tante bekti sambil menambahkan sepotong ikan di mangkuk rico “btw nay, tante
lihat dong kain yang kamu pilih”
“ah
iya tante” jawab nayra mengambil kain yang akan ia berikan untuk Kendra dan
rena
“Wuah-
kenapa kamu pilih warna ini nay?” Tanya tante bekti
“karena
aku piker warnanya cocok buat anak muda tante, lagipula itu terlihat glamour
tapi tetep klasik, simple. Nggak banyak motif” jawab nayra sambil mengunyah makanannya
“kamu
pinter banget nay. Jujur tante sebagai orang tua suka kalau lihat anak muda
pakai warna kaya gini nay”
“ah
tante bekti bisa aja. Nay lagi beruntung aja tante, dan harganya pas banget”
Mereka
berbincang bincang tanpa mereka sadari sudah terlalu larut. Rico dan nayra
tidur agar besok pagi segar dan bisa kembali ke bandung tanpa lelah. Di pagi
harinya mereka pulang. Berhari hari bahkan berminggu minggu nayra sibuk dengan
wawancaranya di stasiun televise hingga membantu mamanya menyiapkan pernikahan
ferry.
Dua
minggu sebelum pernikahan ferry telah tiba. Semakin riuk suasana mendekati
pernikahan ferry.
Ferry
datang dengan teriak teriak memanggil bu isti, rico, dan pak Hassan yang
kebetulan sedang di rumah.
“Aku
harus gimana ini, ma, pa?” Tanya ferry sambil mondar mandir tidak jelas penuh
kebingungan
“apa
sih fer?” Tanya bu isti
“iya
apa fer. Katakan! Apa ada yang kurang persiapanmu? Bukannya sudah semua beres?”
“gawat
pa, ma. Ferry harus apaaa” teriaknya sambil mengacak ngacak rambut
“iya
tapi apa kak ferry” Tanya nayra tegas
“gedung
pernikahan yang ku sewa kebakaran maaa, semuanya hancur dan kita nggak bakal
bisa nemuin gedung baru. Nggak ada gedung yang bisa disewa buat h-14”
“ok
bisa sih fer” Tanya pak Hassan yang juga mulai bingung
Semua
orang bingung, dari rico berlari sana sini, pak Hassan menelephone orang
terdekat, bu isti yang menunggu hasil di samping pak Hassan, dan nayra yang
memerhatikan ferry sambil berpikir.
“okay~
stop semuanya. Gini aja” kata nayra yang membuat orang berkumpul “om anton, kan
punya lahan di daerah sini. Bagaimana kalau pernikahannya dijadiin garden party
aja?”
“nay,
kamu gausah sok bereksperimen deh. Ini genting nay. Undangan udah disebar
kemana mana”
“terus
bagaimana dong bang. Kita harus usaha dong untuk merubah itu. Abang harus cari
semua kontak undangan dan memberikan mereka email atau setidaknya chat yang
berupa undangan yang baru. Jadi acara tetap lancar dan sesuai. Nggak perlu
khawatir dengan tamu undangan yang sudah meluangkan jadwalnya” jelas nayra
panjang lebar
“okay,
malam ini kita pikirkan itu semuanya. Kita matangkan konsepnya, besok kita
undang keluarga dari mempelai wanita. Soalnya walaupun yang mengunduh pihak
wanita tapi kebetulan gedungnya yang ngurus aku” jawab ferry yakin
Hari
H pernikahan telah datang. Semua tamu berbincang bincang mengenai konsep
pernikahan yang cukup unik dan indah. Dengan garden yang pas di bulan juli yang
cerah. Resepsi sudah selesai. Semua kembali normal, hanya saja bedanya ada satu
wanita lagi yang tinggal di rumah keluarga Hassan. Karena rumah yang dibangun
ferry belum selesai jadi telah diputuskan untuk satu tahun kedepan Nadda, istri
ferry akan menetap di rumah keluarga Hassan.
Terdengar
sebuah ketukan dari arah pintu utama. Nadda membukakan pintu
“Permisi
kak, kak nayranya ada?” Tanya seseorang perempuan yang datang
“oh
ada kak, tungu sebentar ya saya panggilkan” jawab nadda “nay, dek nay dicariin”
teriak nadda dari lantai bawah
“ya
kak tunggu” balas nayra yang berhenti di obrolannya bersama alsa
Nayra
menemui wanita yang katanya mecarinya
“ya,
ada yang bisa saya bantu. Saya nayra”
“oh
jadi ini ya mbak nayra. Perkenalkan saya nesti dari wedding organizer nomor
satu di jawa barat. Saya mendengar informasi dari kak rico yang mengatakan
bahwa konsep pernikahan yang di garden milik kakaknya kak rico itu, kak nayra
ya yang desain?”
“ah
iya benar kak, ada apa ya?
“jadi
begini mbak, kami sedang mencari pencetus ide baru dan mencari orang yang mau
berkreasi dengan kami di dekorasi wedding organizer kami. Maaf saya langsung to
the point. Saya sangat menyukai konsep yang kak nayra tuangkan di pesta
pernikahan itu, terlebih lagi itu ide yang dadakan namun hasilnya cukup bahkan
sangan memuaskan, berbeda dari yang lain kak. Jadi kalau berkenan saya sebagai
manajer dari wedding organizer kami mengajak kak nayra untuk bergabung bersama
kami” jelas panjang lebar nesti
“ah
benarkah kak? Menurutku itu bukan ide yang terlalu bagus”
“nggak
kok kak, kakak bener. Duku waktu saya ngajak nayra ke butik. Pemilik butiknya
juga bilang kalau baju pilihan nayra adalah baju dengan kualitas produk
terbaik” tambah alsa yang menyela
“ah
benarkan? Saya tidak salah lagi” kata nesti
“iya
benar, saya juga setuju. Gaun yang aku pakai juga nayra yang mengubahnya dan
membuatku lebih percaya diri”
“waah
kak nayra memang hebat. Saya tidak ragu lagi. Jadi bagaimana kak? Apakah kakak
bersedia bergabung bersma kami. Kalau kakak mempunyai kerja utama yang lain
kami siap untuk mengikuti jadwal kak nayra”
“baiklah
saya terima” jawab nayra sambil tersenyum lebar. Pada saat itu juga ferry,
rico, pak Hassan, dan bu Hassan datang. Mereka ikut berbahagia karena nayra
menemukan pekerjaan baru. Semua orang bergembira, ya walaupun pekerjaan di
wedding organizer itu bukan sejurusan dengan kuliah nayra namun banyak orang
yang terkagum akan hasil nayra.
Di
bulan agustus, nayra sudah sibuk di wedding organizernya. Ia mendapatkan banyak
pujian dari hasil karyanya. Sehingga wedding organizer itu ceoat berkembang dan
mendpatkan banyak pesanan.
Di
tengah tengah sibuknya menata dekorasi, nayra mengangkat telephone yang sejak
tadi berbunyi
“ya
halo. Dengan Nayra Hassan. Maaf ini siapa ya?”
“Halo
selamat siang saudari nayra. Kami dari televise swasta group telah menetapkan
hasil wawancara bulan lalu. Kami menerima saudari nayla sebagai reporter junior
kami. Silahkan cek ke official web kami atau datang langsung ke kantor kami.
Terima kasih selamat siang” jawab telephone tersebut lalu tertutup
Ada
satu telephone lagi yang berbunyi
“ya
halo, dengan Nayra Hassan. Maaf ini siapa ya?”
“Nay,
aku udah di depan rumah kamu nih, pakai seragam biru biru gini gerah nay, cepet
pulang ya”
“mekka?”
jawab nayra sambil berekspresi kaget
Nayra
sangat bahagia dengan apa yang ia cita citakan akhirnya satu persatu mulai
terkabul dan penantiannya selama ini telah terbayarkan. Begitu juga dengan
kembalinya mekka yang sering disinggung oleh rico dan bu isti kemana sebenarnya
mekka, sahabat laki laki kecil nayra yang ia sayangi.
No comments:
Post a Comment