Aku adalah wanita pemimpi dan aku pun seorang wanita yang penuh akan harapan,
mungkin aku sama seperti orang lain yang senang akan bermimpi. Bermimpi tentang apa
yang diinginkan dan mengharapkan sesuatu yang sangat mustahil untuk dimilikinya.
Aku pernah berpikir apakah orang lain mengalami apa yang aku rasakan saat ini?
Mungkin banyak di luar sana yang senang akan bermimpi, tapi apakah banyak di luar sana
yang senang akan mengharapkan sesuatu yang belum bisa kita miliki? Sakit. Yaa, itu rasanya
sakit, sakit akan harapan yang tak pasti. Pasti sakit mengharapkan sesuatu yang terlalu
berlebihan.
Aku Clara Carissa, seorang wanita cantik, harta berlimpah dan banyak yang mau
bermain denganku. Aku kuliah Fakultas Kedokteraan di salah satu universitas swasta ternama
di Jakarta, hanya orang kaya yang bisa masuk dikuliahku itu. Ayahku bekerja disuatu
perusahaan milik keluargaku, mamahku adalah pengusaha lestoran yang cabangnya hampir
disetiap kota di Indonesia.
Aku orang yang paling disegani dikampus, dosenku, teman sekelasku, maupun kakak
tingkatku juga ikut segan denganku. Yaaa, karna ayahku seorang donatur terbesar di
kampusku. Aku bisa membeli apapun yang aku mau, shopping kemana – mana dan aku bisa
tiap hari berlibur ke luar negri yang aku mau, tapi apa kalian tau aku adalah anak Broken
Home. Ayah dan mamahku bercerai pada saat aku duduk di bangku SMA lebih tepatnya
waktu aku kelas 2 SMA. Aku punya seorang adik, sebut aja dia Naura. waktu ayahku bercerai
dengan mamahku dia masih duduk di sekolah dasar. Aku dan Naura memang terpaut waktu
yang lama.
Dulu, ayah sering memarahi, memukul, menjambak mamahku didepanku dan Naura.
Naura menangis ketakutan apabila ayah memarahi mamahku.
“kak aku takut, ayah memarahi dan memukul mamah lagi” Naura memelukku.
Aku hanya bisa menangkan adikku Naura. Aku tidak mengerti kenapa ayah dan
mamahku selalu bertengkar, yang aku dengar apabila mereka bertengkar dia hanya bilang
harta, harta dan harta. Apa harta penyebab mereka bercerai?? Apa mereka tidak pernah
berpikir bahwa mereka lebih memilih hartanya masing – masing dibandingkan aku dan
adikku Naura? yaaa, memang mereka lebih mementingkan hartanya. Aku dan Naura, dua
orang anak yang kurang kasih sayang ke dua orang tuaku. Selama ini aku dan Naura diasuh
oleh seorang bibi yang bekerja di rumahku.
Sebelum mereka berpisah, mereka tidak pernah peduli tentang apa yang terjadi
dirumah. Pernah seketika Naura sakit demam, tapi ayahku malah lebih mementingkan
meeting di luar kota dan mamahku wanita yang melahirkan ku dan adikku malah sibuk
dengan dunia bisnisnya, hanya aku dan bibiku yang merawatnya.
“kak, untuk apa rumah sebesar ini tapi hanya diisi untuk kita bertiga aja?” Naura
sambil terbaring lemah dikasur.
“bertiga? Lah kan ada ayah sama mamah nau” kata ku sambil mengusap dahinya.
“ayah? Mamah? Mereka terlalu sibuk dengan urusannya kak, aku lebih baik engga
usah punya rumah yang besar, mobil yang banyak kak daripada setiap hari kita dirumah ini
cuman bertiga aja sama bibi” ucap naura dengan nada yang sedih.
Aku hanya tersenyum dan terus mengusap dahinya. Aku tidak bisa merasakan anak
sekecil naura yang harus mengalami kepahitan didalam kelurgaku ini. Aku tidak bisa
membayangkan betapa sedihnya naura ketika berbicara seperti itu. Aku yang sudah dewasa
pun sedih mendengarkan dia berkata itu.
Sampai ketika ayah dan mamahku resmi bercerai, aku dan adikku ikut dengan ayahku,
tapi tetap saja, ayahku selalu sibuk dengan urusan kerjanya. Semua orang yang melihatku
mungkin mengira bahwa aku bahagia hidup dengan kemewahan tapi lain halnya denganku,
aku rindu dengan kelengkapan keluargaku, keromantisan yang terjalin didalam setiap sudut
ruangan rumahku. Tapi, sekarang apa? Keluargaku hancur, hancur karna harta.
Aku tidak pernah takut akan kehilangan harta, aku hanya takut kehancuran dalam
keluargaku saat ini. Tapi ternayata ketakutanku selama ini terjawab sudah. Setiap hari aku
selalu berdoa dan terus berharap agar keajaiban datang di keluargaku. Dulu aku pernah
berpikir siapa yang harus aku salahkan? Tuahanku? Ayahku? Mamahku? Aku benar – benar
bingung kenapa harus dikeluargaku yang mendapatkan cobaan seperti ini?. Sekarang aku
tidak pernah menyalahkan siapapun dalam hal kehancuran keluargaku ini. Aku sempat marah
kepada Tuhan, bagiku Tuhan itu tidak adil. Tapi, sekarang aku mengerti Tuhan memberikan
cobaan seberat ini di keluargaku untuk pelajaran aku kelak.
Aku pernah berjanji kepada adikku naura, kalau aku udah sukses nanti dia akan aku
ajak kerumahku nanti. Aku tidak ingin naura terus merasa sendiri. Kini aku merasa
keluargaku yang tersisa hanya adikku saja. Aku tidak peduli dengan keberadaan ayah dan
mamahku. Buatku mereka adalah orang tua yang jahat. Walaupun mereka adalah orang tua
yang jahat di setiap sujudku selalu terselip harapanku untuk menyatukan dan memulai
keluargaku dari nol.
Aku rindu kehangatan dalam keluargaku, Tuhan. Aku rindu kebersamaan dalam hal
apapun. Aku lebih baik hidup miskin dengan keluargaku, aku lebih baik tidak punya apa –
apa asalkan keluargaku selalu ada. Aku rindu keluargaku. Aku bermimpi mempunyai
keluarga sederhana dan kedua orang tuaku yang tidak pernah mendebatkan mengenai harta,
hidup bahagia dengan keluarga yang sederhana adalah mimpi terbesarku untuk saat ini.
Aku tidak ingin rumah yang seperti istana, aku tidak ingin mempunyai mobil sampai
memenuhi garasi rumahku, aku tidak ingin uang yang berlimpah. Aku hanya ingin
keluargaku kembali utuh dan hidup lebih baik dengan kesederhanaan. Aku hanya butuh
keluargaku.
Semua orang mungkin menyangka aku baik – baik saja, karna aku orang yang tertutup
mengenai keluargaku. Buatku masalah seperti ini tidak pantas untuk diceritakan kepada
siapapun kecuali dengan Tuhanku. Aku yakin suatu saat nanti pengharapanku terkabul dan
mimpiku akan datang untuk menjadikan keluargaku kembali utuh dan menjadi keluarga
bahagia dengan semua kesederhanaannya.
Larasati Kusumarizky (PGSD’14)
mungkin aku sama seperti orang lain yang senang akan bermimpi. Bermimpi tentang apa
yang diinginkan dan mengharapkan sesuatu yang sangat mustahil untuk dimilikinya.
Aku pernah berpikir apakah orang lain mengalami apa yang aku rasakan saat ini?
Mungkin banyak di luar sana yang senang akan bermimpi, tapi apakah banyak di luar sana
yang senang akan mengharapkan sesuatu yang belum bisa kita miliki? Sakit. Yaa, itu rasanya
sakit, sakit akan harapan yang tak pasti. Pasti sakit mengharapkan sesuatu yang terlalu
berlebihan.
Aku Clara Carissa, seorang wanita cantik, harta berlimpah dan banyak yang mau
bermain denganku. Aku kuliah Fakultas Kedokteraan di salah satu universitas swasta ternama
di Jakarta, hanya orang kaya yang bisa masuk dikuliahku itu. Ayahku bekerja disuatu
perusahaan milik keluargaku, mamahku adalah pengusaha lestoran yang cabangnya hampir
disetiap kota di Indonesia.
Aku orang yang paling disegani dikampus, dosenku, teman sekelasku, maupun kakak
tingkatku juga ikut segan denganku. Yaaa, karna ayahku seorang donatur terbesar di
kampusku. Aku bisa membeli apapun yang aku mau, shopping kemana – mana dan aku bisa
tiap hari berlibur ke luar negri yang aku mau, tapi apa kalian tau aku adalah anak Broken
Home. Ayah dan mamahku bercerai pada saat aku duduk di bangku SMA lebih tepatnya
waktu aku kelas 2 SMA. Aku punya seorang adik, sebut aja dia Naura. waktu ayahku bercerai
dengan mamahku dia masih duduk di sekolah dasar. Aku dan Naura memang terpaut waktu
yang lama.
Dulu, ayah sering memarahi, memukul, menjambak mamahku didepanku dan Naura.
Naura menangis ketakutan apabila ayah memarahi mamahku.
“kak aku takut, ayah memarahi dan memukul mamah lagi” Naura memelukku.
Aku hanya bisa menangkan adikku Naura. Aku tidak mengerti kenapa ayah dan
mamahku selalu bertengkar, yang aku dengar apabila mereka bertengkar dia hanya bilang
harta, harta dan harta. Apa harta penyebab mereka bercerai?? Apa mereka tidak pernah
berpikir bahwa mereka lebih memilih hartanya masing – masing dibandingkan aku dan
adikku Naura? yaaa, memang mereka lebih mementingkan hartanya. Aku dan Naura, dua
orang anak yang kurang kasih sayang ke dua orang tuaku. Selama ini aku dan Naura diasuh
oleh seorang bibi yang bekerja di rumahku.
Sebelum mereka berpisah, mereka tidak pernah peduli tentang apa yang terjadi
dirumah. Pernah seketika Naura sakit demam, tapi ayahku malah lebih mementingkan
meeting di luar kota dan mamahku wanita yang melahirkan ku dan adikku malah sibuk
dengan dunia bisnisnya, hanya aku dan bibiku yang merawatnya.
“kak, untuk apa rumah sebesar ini tapi hanya diisi untuk kita bertiga aja?” Naura
sambil terbaring lemah dikasur.
“bertiga? Lah kan ada ayah sama mamah nau” kata ku sambil mengusap dahinya.
“ayah? Mamah? Mereka terlalu sibuk dengan urusannya kak, aku lebih baik engga
usah punya rumah yang besar, mobil yang banyak kak daripada setiap hari kita dirumah ini
cuman bertiga aja sama bibi” ucap naura dengan nada yang sedih.
Aku hanya tersenyum dan terus mengusap dahinya. Aku tidak bisa merasakan anak
sekecil naura yang harus mengalami kepahitan didalam kelurgaku ini. Aku tidak bisa
membayangkan betapa sedihnya naura ketika berbicara seperti itu. Aku yang sudah dewasa
pun sedih mendengarkan dia berkata itu.
Sampai ketika ayah dan mamahku resmi bercerai, aku dan adikku ikut dengan ayahku,
tapi tetap saja, ayahku selalu sibuk dengan urusan kerjanya. Semua orang yang melihatku
mungkin mengira bahwa aku bahagia hidup dengan kemewahan tapi lain halnya denganku,
aku rindu dengan kelengkapan keluargaku, keromantisan yang terjalin didalam setiap sudut
ruangan rumahku. Tapi, sekarang apa? Keluargaku hancur, hancur karna harta.
Aku tidak pernah takut akan kehilangan harta, aku hanya takut kehancuran dalam
keluargaku saat ini. Tapi ternayata ketakutanku selama ini terjawab sudah. Setiap hari aku
selalu berdoa dan terus berharap agar keajaiban datang di keluargaku. Dulu aku pernah
berpikir siapa yang harus aku salahkan? Tuahanku? Ayahku? Mamahku? Aku benar – benar
bingung kenapa harus dikeluargaku yang mendapatkan cobaan seperti ini?. Sekarang aku
tidak pernah menyalahkan siapapun dalam hal kehancuran keluargaku ini. Aku sempat marah
kepada Tuhan, bagiku Tuhan itu tidak adil. Tapi, sekarang aku mengerti Tuhan memberikan
cobaan seberat ini di keluargaku untuk pelajaran aku kelak.
Aku pernah berjanji kepada adikku naura, kalau aku udah sukses nanti dia akan aku
ajak kerumahku nanti. Aku tidak ingin naura terus merasa sendiri. Kini aku merasa
keluargaku yang tersisa hanya adikku saja. Aku tidak peduli dengan keberadaan ayah dan
mamahku. Buatku mereka adalah orang tua yang jahat. Walaupun mereka adalah orang tua
yang jahat di setiap sujudku selalu terselip harapanku untuk menyatukan dan memulai
keluargaku dari nol.
Aku rindu kehangatan dalam keluargaku, Tuhan. Aku rindu kebersamaan dalam hal
apapun. Aku lebih baik hidup miskin dengan keluargaku, aku lebih baik tidak punya apa –
apa asalkan keluargaku selalu ada. Aku rindu keluargaku. Aku bermimpi mempunyai
keluarga sederhana dan kedua orang tuaku yang tidak pernah mendebatkan mengenai harta,
hidup bahagia dengan keluarga yang sederhana adalah mimpi terbesarku untuk saat ini.
Aku tidak ingin rumah yang seperti istana, aku tidak ingin mempunyai mobil sampai
memenuhi garasi rumahku, aku tidak ingin uang yang berlimpah. Aku hanya ingin
keluargaku kembali utuh dan hidup lebih baik dengan kesederhanaan. Aku hanya butuh
keluargaku.
Semua orang mungkin menyangka aku baik – baik saja, karna aku orang yang tertutup
mengenai keluargaku. Buatku masalah seperti ini tidak pantas untuk diceritakan kepada
siapapun kecuali dengan Tuhanku. Aku yakin suatu saat nanti pengharapanku terkabul dan
mimpiku akan datang untuk menjadikan keluargaku kembali utuh dan menjadi keluarga
bahagia dengan semua kesederhanaannya.
Larasati Kusumarizky (PGSD’14)
No comments:
Post a Comment