Pagi seperti biasanya, Putri langkahkan kaki menelusuri lorong lorong koridor sekolah
menapaki jejak menuju kelas. Saat itu hanya ada beberapa siswa yang hilir mudik berjalan
santai menuju kelas masing masing. Terik matahari yang mulai meninggi. Namun, pagi itu
tampak sepi. Langkah Putri yang perlahan berjalan santai agak lambat seakan akan tak
berpijak lagi pada sang bumi. Tibalah Putri dikelas hanya seorang diri lalu segera duduk
dikursinya yang berada di pojok belakang. Matanya agak terlihat sembab, sipit seperti anak
cina. Tanpa kata hanya diam dalam berjuta bahasa. Namun matanya yang berbicara dengan
apa yang telah terjadi, matanya sekali lagi menerawang waktu itu, sebelum terjadi sesuatu
yang membuatnya jadi seperti ini, seperti kehilangan arah untuk hidup, seakan bila awan
mendung yang berada di langit yang memuntahkan air matanya tak lagi menghadirkan
cahaya cerahnya mentari, bahkan di saat air mata langit mulai mereda menetespun tak akan
bisa ditemui lagi pelangi, serta waktu pun mungkin tak terasa berjalan lagi, dan satu hal yang
ingin Putri inginkan hanyalah ingin pergi bersamanya... menyusulnya.... “ huft “ hela nafas
Putri.
Masih jelas memori ingatan seperti apa masa masa indah bersamanya, semua tampak begitu
indah, keceriaan yang menghiasi kebersamaan mereka, dan apabila ada duka yang
menghampiri tetap akan hadir keceriaan lagi. Putra, satu nama yang telah beberapa tahun
belakangan ini mengisi hari hari yang Putri lalui. Tapi seketika ibarat pelangi tertutup kabut
awan kelabu tanpa pernah lagi warna warna itu muncul, semenjak bermula satu minggu lalu
dimana hari itu telah terjadi sesuatu pada Putra kekasihnya, Putra mengalami sebuah
kecelakaan tertabrak bus yang sedang melintasi jalan yang mengakibatkan seketika itu juga
menghembuskan nafas terakhir, pergi berada kealam yang berbeda. Putra telah pergi untuk
selamanya tanpa pernah ada kesempatan untuk kembali.
Tanpa Putri sadari, dua sosok cowok sedari tadi telah memperhatikan Putri, salah satu dari
mereka menghampiri Putri sementara yang satunya masih tetap berdiri memantau dari
kejauhan.
“ hai ! “ sapa cowok misterius menghampiri Putri.
Tersentak dari lamunan, Putri menatap asal suara dan tanpa di sadari, satu sosok cowok telah
berada duduk disampingnya.
“ kamu siapa ? “ mulai berbicara , Tanya Putri yang agak terkejut akan kehadiran cowok itu.
Sambil tersenyum cowok itupun menjawab. “ aku Ricky, kamu tentu sangat mengenalku
Putri. “
Tersentak dari satu sosok yang berada di sebelahnya itu, Putri berusaha mengingat “ siapa dia
? mengapa bisa mengenal ku ? “ Tanya Putri pada dirinya. “ ah entahlah ! “ Putri pun
membuyarkan fikirannya seakan ingatannya buntu untuk mengingat ingat apapun yang ada.
“ aku mengerti perasaan mu, kehilangan itu satu hal yang menyedihkan. “ ucapnya lembut
Putri merasa heran dengan sosok cowok tersebut. Seakan cowok itu tahu semua tentang Putri.
“ Tapi siapa ? “ satu tanda Tanya yang muncul di dalam benak Putri.
“ apa yang harus kamu mengerti tentang aku ? diri ku dan keadaan ku ? “ ucap Putri agak
sinis.
“ karena aku sama seperti mu Putri. Aku pun kehilangan ! “ raut wajah Ricky berubah
muram, Ricky menunduk, Ricky pun mulai bercerita lagi. Sontak membuat Putri menjadi
merasa bersalah atas ucapan yang baru saja Putri lontarkan.
“ aku juga seperti mu Put, aku juga turut merasakan apa yang Ia rasakan, kehilangan..... ! aku
tak bisa mengelak kenyataan. takdir memang terkadang tak seirama dengan apa yang kita
inginkan. Aku tak bermaksud meninggalkannya. Andai dia tahu, aku tak sanggup melihat Ia
menangis. Ingin aku memeluknya, menenangkannya, menghapus kesedihannya dan satu hal
yang aku ingin lakukan. Aku ingin membuat Ia tersenyum. Tapi, hal itu tak bisa tuk aku
lakukan untuknya. Sikapnya seperti kamu saat ini Put, Membuat aku tidak tenang
meninggalkannya pergi jauh ! “ ucap Ricky bercerita menerawang lurus kedepan.
“ kenapa kau harus meninggalkannya, jika kau tak ingin melihat kesedihannya ?. “ Tanya
Putri merasa heran.
“ Put, kau tentu akan mengerti dengan sendirinya maksud dari kata yang baru saja aku
lontarkan. “ nada Ricky yang misterius.
Tampak dari kejauhan satu sosok cowok yang melihat Putri dan Ricky. Ia ingin rasanya pergi
mendekat menghampiri lalu memeluk Putri, ada rasa kesedihan yang memilukan melihat
Putri yang seperti itu. Namun dari luar muncul dua cewek masuk kekelas yang sedang tengah
berbincang bincang satu sama lain. Melihat Putri yang sedang duduk, mereka pun
menghampiri.
“ Putri ! “ sapa Sesil lalu mendekat menghampiri Putri. Sontak Putri pun tersentak dan
memandang mereka.
“ kamu yang sabar ya, gak terasa sudah satu minggu kamu baru masuk ke sekolah. Kami
kangen sama kamu, tau...!. “ ucap Nindi agak centil mencoba menghibur Putri sambil
memeluk sahabatnya itu.
“ gak ada yang kan abadi Put ! meski dia telah tiada, percayalah ! dia pasti gak akan inginkan
orang yang Ia tinggalkan seperti kamu ini Put, murung gak habis habisnya ! masih ada warna
lain dari cinta yaitu kita sahabat kamu. “ Ucap Sesil secara hati hati berusaha menghibur.
“ iya Sob, mungkin aku hanya belum terbiasa dengan keadaan seperti ini. “ ucap Putri
menenangkan diri.
Teringat Putri akan sosok Ricky. Putri menelusuri sudut pandangnya kesegala arah. Tampak
bingung raut wajahnya mencari cari satu sosok yang beberapa waktu lalu menemani Putri dan
secepat kilat tanpa disadari dengan waktu yang bersamaan datangnya Sesil dan Nindi masuk
kekelas menghampiri Putri. Sosok Ricky telah raib, ditelan bumi hilang entah kemana.
Meninggalkan tanda Tanya yang menggantung.
“ ada apa Put ? apa yang sedang kamu cari ? “ Tanya Sesil agak heran.
“ aku mencari Ricky, Sil ! tadi sebelum kalian berada di sini, dia ada. Kalian ada gak ngeliat
dia pergi ? “ Tanya Putri.
“ Ricky ? siapa dia ? kita hanya bertiga dikelas ini, gak ada yang lain. “ jawab Sesil.
“ ye…….. kamu ini Put, ngelawak ya ? gak lucu deh,,,,, masih pagi tau ! “ celoteh Nindi.
Putri tak menghiraukan ocehan Nindi, Putri malah merasa bingung, heran dan terus berusaha
mencari sosok Ricky yang misterius. Datang secara tiba tiba dan pergi tanpa di duga. Putri
melangkahkan kaki keluar teras kelas dari kejauhan Putri melihat Ricky dan satu sosok
cowok, mereka menoleh kearah Putri dengan memandang tanpa ekspresi. Tak ada tawa
maupun air mata. Tatapan yang tak bisa dijelaskan. Perlahan sosok mereka pergi semakin
menjauh menghilang di lorong lorong kelas.
“ hei ! “ sapa Nindi mengejutkan.
“ oh ya, kenapa ? “ Putri terkejut.
“ masuk yuk, ada sesuatu yang pengen aku sampein nih... “ menarik Putri yang di teras luar
menuju kedalam kelas.
“ Put. “ dengan hati hati kini Nindi berkata. “ dua hari yang lalu, teman yang di bonceng oleh
Putra meninggal setelah koma beberapa hari di rumah sakit akibat kecelakaan itu. “
“ apa ? “
Putri tak mengetahui tentang hal itu, yang Ia tahu hanyalah kekasihnya. Putri shock pada
berita meninggalnya kekasihnya. Semenjak saat itu tak ada lagi yang Putri tahu, Putri hanya
mengurung dirinya di kamar tanpa mengetahui lagi tentang dunia luar. Baru seminggu setelah
kejadiaan itu Putri pun berhenti menyendiri dan hingga tiba saat ini baru Putri melangkahkan
kaki kesekolah.
“ temannya itu sama seperti kamu Put, Ia punya kekasih. Dan seperti sama yang kamu rasa. “
sambung Nindi bercerita lagi.
“ aku gak tau tentang temannya itu Nindi, siapa namanya ? “ tanya Putri masih dalam
berduka
“ seingat aku kiki gitu deh namanya… aku juga kurang tahu banyak sih, tapi ets….. tunggu
bentar ! “ Nindi mengeluarkan hanphone dari saku bajunya lalu mengotak atik dan
memperlihatkan sebuah foto dan menunjuk salah satu dari mereka yang ada didalam foto itu.
“ ini dia “ telunjuk tangan Nindi menunjuk satu sosok yang ada didalam foto tersebut.
Oo..o…,, Putri sontak lagi lagi terkejut, hari yang aneh penuh dengan kejadian yang
membingungkan dengan misteri teka teki penuh tanda Tanya. Foto yang di tunjuk oleh Nindi
tak lain ialah Ricky yang baru beberapa waktu lalu hadir disini menemui Putri. Sosok yang
misterius meninggalkan tanda Tanya di kepala Putri kini sudah terjawab siapa dia. Putri
hanya menahan air mata yang seakan memang telah habis terkuras kering tak berair. Terang
saja, hal ini yang membuat matanya sembab. Keadaan hening walau secara normal suasana
saat itu telah riuh. Tanpa di sadari bel pun telah berbunyi menandakan jam pelajaran pertma
akan segera di mulai.
*****
“ aku juga seperti mu Put, aku juga turut merasakan apa yang Ia rasakan, kehilangan..... ! aku
tak bisa mengelak kenyataan. takdir memang terkadang tak seirama dengan apa yang kita
inginkan. Aku tak bermaksud meninggalkannya. Andai dia tahu, aku tak sanggup melihat Ia
menangis. Ingin aku memeluknya, menenangkannya, menghapus kesedihannya dan satu hal
yang aku ingin lakukan. Aku ingin membuat Ia tersenyum. Tapi, hal itu tak bisa tuk aku
lakukan untuknya. Sikapnya seperti kamu saat ini Put. Membuat aku tidak tenang
meninggalkannya pergi jauh ! “
Ucapan Ricky yang pagi tadi masih terngiang di telinga Putri. Entah mengapa, seakan kata
kata itu menyiratkan punya pesan tersendiri untuk Putri. Putri melihat bintang dari jendela
kamarnya menyendiri terus memandangi langit. “ engkau pasti berada di antara bintang itu,
Putra. “ ucap Putri. Tatapan yang merasakan kesepian. Rasa kehilangan itu sampai detik ini
pun masih terasa. Baru saja Putri bersama sama tertawa namun karena waktu, kini Putra pun
telah tiada.
Malam pun semakin larut. Jam dinding telah menunjukkan pukul dua dini hari. Namun rasa
kantuk belum juga menyerang mata Putri. Putri masih menatap langit dengan tatapan hampa
terpaku menerawang dimensi lalu saat saat indah bersama Putra sang kekasihnya. Hingga
Putri pun mulai lelah, beranjak menutup jendula. Putri pun merebahkan badannya di kasur
dan mulai berkelana kealam bawah sadarnya.
Saat itu di mimpinya, Putri tengah berada di taman yang indah, tampak sebuah telaga dan ada
sebuah kursi kecil di tepi telaga, tampak satu sosok cowok yang tak asing lagi bagi Putri.
Putri sangat mengenalnya. Ya, itu adalah Putra kekasihnya. Putri pun berlari menghampiri
Putra yang menyambut kedatangan Putri dengan sunyuman. “Sayang.... aku merindukan mu,
aku kesepian tanpa kehadiran mu.” Sapa manja Putri sambil memeluk Putra.
“ sayang, aku juga merindukan mu.” Membalas pelukan Putri.
“ sayang, aku tak ingin melihat kau larut dalam kesedihan, maukah kau berjanji satu hal
untuk aku ? Tanya Putra.
“ apa itu ? “
“ aku ingin kau selalu tersenyum meski tanpa ada aku menemani mu di samping mu sayang ?
berjanjilah pada ku jika kau memang mencintai ku. “ ucap lembut Putra.
“ aku tak bisa Putra, aku tak bisa !. “ air mata Putri perlahan mulai menetes.
“ kamu pasti bisa ! mengertilah tentang hidup. Sadari keadaan ! apa yang ada di dalam hidup
ini hanyalah sebuah titipan, tanpa kita sadari, Tuhan bisa saja mengambilnya. “ kata Putra
lembut menjelaskan.
“ apa ini memang harus aku lakukan Putra ? “
“ iya sayang, tersenyumlah. Aku akan tenang berada diatas sana. Percayalah, aku selalu
mengingatmu. Aku akan merasa sedih jika kau selalu menangis karena kepergian ku. Aku
ingin kamu bisa jadi sosok yang tegar meski tanpa aku. Memang aku tak inginkan adanya
perpisahan di antara kita. Namun, waktulah yang telah memanggil ku sayang…”
Dengan berat hati “ Putra, aku akan mencoba ! .” ucap Putri sambil berusaha menampakkan
senyumannya.
“ aku ingin hati mu rela agar aku bisa tenang sayang. “ kata Putra.
Dari telaga itu, berlabuh sebuah kapal besar entah berasal dari mana. Tampak di atas kapal
terlihat Ricky yang melambaikan tangan kearah Putri dan Putra.
“ sayang aku akan pergi, waktu ku telah menjemput ! ingat pesan ku.”
“ aku ingin ikut bersamamu Putra. Jangan tinggalkan aku,..” rengek Putri.
“ jangan sekarang sayang, percaya yakinkan aku di sana akan selalu menunggu mu.” Putra
kecup kening Putri sebelum beranjak melangkah kan kaki kekapal.
“ sayang, biarkan aku tenang diatas sana tanpa kau usik dengan kesedihan mu karena aku. “
ucap Putra terakhir kalinya.
Kapalpun perlahan menjauh membawa Putra dan Ricky pergi, ada rasa enggan di hati namun
Putra tak bisa berbuat apa apa terhadap keadaan. Ada tampak kesedihan diraut wajah putra.
Sementara itu Putri dari pinggir telaga terus menerus memanggil manggil Putra “ jangan
tinggalkan aku Putra…… jangan ……….! “ terus saja berteriak hingga Putri pun tersadar
terbangun dari mimpinya itu. Tampak sepucuk surat telah tergeletak berada di sampingnya.
Surat yang entah dari mana, Putri pun membuka untuk segera membacanya.
*****
Putri,,,,,
Terus tampakan selalu senyum mu untuk ku………
Ku tak kan ingin air mata mu menetes memancarkan kesedihan karena diri ku…..
Aku memang bukan jodoh mu di dunia ini,
yakinkanlah ada sesuatuu yang lebih indah dari aku di depan sana menunggu untuk mu……..
Aku mungkin bisa pergi meninggalkan mu……
Tapi tidak cinta ku….
Cinta ini akan tetap ada menanti mu di alam sana…..
Forever
Putra
****
Beberapa hari kemudian, Putri tak menampakkan raut wajah yang kusut seperti kaset kusut,
murung tak menentu. Karena satu janji untuk mengenang cintanya. Tak ingin menampakan
kesedihan itu lagi untuk Putra. Biarkan cerita ini mengendap dalam sebuah memori ingatan
yang takkan terlupa menjadi sejarah kenangan indah bahwa dalam hidup Putri pernah ada
Putra. “Senyum ini selalu ku persembahkan untuk mu… abdi ku yang terakhir atas cinta kita.
Aku ingin kau tenang berada di alam sana.”ucap dalam hatinya tulus. Sambil menatap langit
dan tersenyum Putri pun berkata lagi“ Putra, kau kado terindah yang pernah di titipkan Tuhan
untuk ku” dari kejauhan di atas sana Putra membalas senyuman Putri.
By : Winanda Pramesti (Pend. MTK'14)
menapaki jejak menuju kelas. Saat itu hanya ada beberapa siswa yang hilir mudik berjalan
santai menuju kelas masing masing. Terik matahari yang mulai meninggi. Namun, pagi itu
tampak sepi. Langkah Putri yang perlahan berjalan santai agak lambat seakan akan tak
berpijak lagi pada sang bumi. Tibalah Putri dikelas hanya seorang diri lalu segera duduk
dikursinya yang berada di pojok belakang. Matanya agak terlihat sembab, sipit seperti anak
cina. Tanpa kata hanya diam dalam berjuta bahasa. Namun matanya yang berbicara dengan
apa yang telah terjadi, matanya sekali lagi menerawang waktu itu, sebelum terjadi sesuatu
yang membuatnya jadi seperti ini, seperti kehilangan arah untuk hidup, seakan bila awan
mendung yang berada di langit yang memuntahkan air matanya tak lagi menghadirkan
cahaya cerahnya mentari, bahkan di saat air mata langit mulai mereda menetespun tak akan
bisa ditemui lagi pelangi, serta waktu pun mungkin tak terasa berjalan lagi, dan satu hal yang
ingin Putri inginkan hanyalah ingin pergi bersamanya... menyusulnya.... “ huft “ hela nafas
Putri.
Masih jelas memori ingatan seperti apa masa masa indah bersamanya, semua tampak begitu
indah, keceriaan yang menghiasi kebersamaan mereka, dan apabila ada duka yang
menghampiri tetap akan hadir keceriaan lagi. Putra, satu nama yang telah beberapa tahun
belakangan ini mengisi hari hari yang Putri lalui. Tapi seketika ibarat pelangi tertutup kabut
awan kelabu tanpa pernah lagi warna warna itu muncul, semenjak bermula satu minggu lalu
dimana hari itu telah terjadi sesuatu pada Putra kekasihnya, Putra mengalami sebuah
kecelakaan tertabrak bus yang sedang melintasi jalan yang mengakibatkan seketika itu juga
menghembuskan nafas terakhir, pergi berada kealam yang berbeda. Putra telah pergi untuk
selamanya tanpa pernah ada kesempatan untuk kembali.
Tanpa Putri sadari, dua sosok cowok sedari tadi telah memperhatikan Putri, salah satu dari
mereka menghampiri Putri sementara yang satunya masih tetap berdiri memantau dari
kejauhan.
“ hai ! “ sapa cowok misterius menghampiri Putri.
Tersentak dari lamunan, Putri menatap asal suara dan tanpa di sadari, satu sosok cowok telah
berada duduk disampingnya.
“ kamu siapa ? “ mulai berbicara , Tanya Putri yang agak terkejut akan kehadiran cowok itu.
Sambil tersenyum cowok itupun menjawab. “ aku Ricky, kamu tentu sangat mengenalku
Putri. “
Tersentak dari satu sosok yang berada di sebelahnya itu, Putri berusaha mengingat “ siapa dia
? mengapa bisa mengenal ku ? “ Tanya Putri pada dirinya. “ ah entahlah ! “ Putri pun
membuyarkan fikirannya seakan ingatannya buntu untuk mengingat ingat apapun yang ada.
“ aku mengerti perasaan mu, kehilangan itu satu hal yang menyedihkan. “ ucapnya lembut
Putri merasa heran dengan sosok cowok tersebut. Seakan cowok itu tahu semua tentang Putri.
“ Tapi siapa ? “ satu tanda Tanya yang muncul di dalam benak Putri.
“ apa yang harus kamu mengerti tentang aku ? diri ku dan keadaan ku ? “ ucap Putri agak
sinis.
“ karena aku sama seperti mu Putri. Aku pun kehilangan ! “ raut wajah Ricky berubah
muram, Ricky menunduk, Ricky pun mulai bercerita lagi. Sontak membuat Putri menjadi
merasa bersalah atas ucapan yang baru saja Putri lontarkan.
“ aku juga seperti mu Put, aku juga turut merasakan apa yang Ia rasakan, kehilangan..... ! aku
tak bisa mengelak kenyataan. takdir memang terkadang tak seirama dengan apa yang kita
inginkan. Aku tak bermaksud meninggalkannya. Andai dia tahu, aku tak sanggup melihat Ia
menangis. Ingin aku memeluknya, menenangkannya, menghapus kesedihannya dan satu hal
yang aku ingin lakukan. Aku ingin membuat Ia tersenyum. Tapi, hal itu tak bisa tuk aku
lakukan untuknya. Sikapnya seperti kamu saat ini Put, Membuat aku tidak tenang
meninggalkannya pergi jauh ! “ ucap Ricky bercerita menerawang lurus kedepan.
“ kenapa kau harus meninggalkannya, jika kau tak ingin melihat kesedihannya ?. “ Tanya
Putri merasa heran.
“ Put, kau tentu akan mengerti dengan sendirinya maksud dari kata yang baru saja aku
lontarkan. “ nada Ricky yang misterius.
Tampak dari kejauhan satu sosok cowok yang melihat Putri dan Ricky. Ia ingin rasanya pergi
mendekat menghampiri lalu memeluk Putri, ada rasa kesedihan yang memilukan melihat
Putri yang seperti itu. Namun dari luar muncul dua cewek masuk kekelas yang sedang tengah
berbincang bincang satu sama lain. Melihat Putri yang sedang duduk, mereka pun
menghampiri.
“ Putri ! “ sapa Sesil lalu mendekat menghampiri Putri. Sontak Putri pun tersentak dan
memandang mereka.
“ kamu yang sabar ya, gak terasa sudah satu minggu kamu baru masuk ke sekolah. Kami
kangen sama kamu, tau...!. “ ucap Nindi agak centil mencoba menghibur Putri sambil
memeluk sahabatnya itu.
“ gak ada yang kan abadi Put ! meski dia telah tiada, percayalah ! dia pasti gak akan inginkan
orang yang Ia tinggalkan seperti kamu ini Put, murung gak habis habisnya ! masih ada warna
lain dari cinta yaitu kita sahabat kamu. “ Ucap Sesil secara hati hati berusaha menghibur.
“ iya Sob, mungkin aku hanya belum terbiasa dengan keadaan seperti ini. “ ucap Putri
menenangkan diri.
Teringat Putri akan sosok Ricky. Putri menelusuri sudut pandangnya kesegala arah. Tampak
bingung raut wajahnya mencari cari satu sosok yang beberapa waktu lalu menemani Putri dan
secepat kilat tanpa disadari dengan waktu yang bersamaan datangnya Sesil dan Nindi masuk
kekelas menghampiri Putri. Sosok Ricky telah raib, ditelan bumi hilang entah kemana.
Meninggalkan tanda Tanya yang menggantung.
“ ada apa Put ? apa yang sedang kamu cari ? “ Tanya Sesil agak heran.
“ aku mencari Ricky, Sil ! tadi sebelum kalian berada di sini, dia ada. Kalian ada gak ngeliat
dia pergi ? “ Tanya Putri.
“ Ricky ? siapa dia ? kita hanya bertiga dikelas ini, gak ada yang lain. “ jawab Sesil.
“ ye…….. kamu ini Put, ngelawak ya ? gak lucu deh,,,,, masih pagi tau ! “ celoteh Nindi.
Putri tak menghiraukan ocehan Nindi, Putri malah merasa bingung, heran dan terus berusaha
mencari sosok Ricky yang misterius. Datang secara tiba tiba dan pergi tanpa di duga. Putri
melangkahkan kaki keluar teras kelas dari kejauhan Putri melihat Ricky dan satu sosok
cowok, mereka menoleh kearah Putri dengan memandang tanpa ekspresi. Tak ada tawa
maupun air mata. Tatapan yang tak bisa dijelaskan. Perlahan sosok mereka pergi semakin
menjauh menghilang di lorong lorong kelas.
“ hei ! “ sapa Nindi mengejutkan.
“ oh ya, kenapa ? “ Putri terkejut.
“ masuk yuk, ada sesuatu yang pengen aku sampein nih... “ menarik Putri yang di teras luar
menuju kedalam kelas.
“ Put. “ dengan hati hati kini Nindi berkata. “ dua hari yang lalu, teman yang di bonceng oleh
Putra meninggal setelah koma beberapa hari di rumah sakit akibat kecelakaan itu. “
“ apa ? “
Putri tak mengetahui tentang hal itu, yang Ia tahu hanyalah kekasihnya. Putri shock pada
berita meninggalnya kekasihnya. Semenjak saat itu tak ada lagi yang Putri tahu, Putri hanya
mengurung dirinya di kamar tanpa mengetahui lagi tentang dunia luar. Baru seminggu setelah
kejadiaan itu Putri pun berhenti menyendiri dan hingga tiba saat ini baru Putri melangkahkan
kaki kesekolah.
“ temannya itu sama seperti kamu Put, Ia punya kekasih. Dan seperti sama yang kamu rasa. “
sambung Nindi bercerita lagi.
“ aku gak tau tentang temannya itu Nindi, siapa namanya ? “ tanya Putri masih dalam
berduka
“ seingat aku kiki gitu deh namanya… aku juga kurang tahu banyak sih, tapi ets….. tunggu
bentar ! “ Nindi mengeluarkan hanphone dari saku bajunya lalu mengotak atik dan
memperlihatkan sebuah foto dan menunjuk salah satu dari mereka yang ada didalam foto itu.
“ ini dia “ telunjuk tangan Nindi menunjuk satu sosok yang ada didalam foto tersebut.
Oo..o…,, Putri sontak lagi lagi terkejut, hari yang aneh penuh dengan kejadian yang
membingungkan dengan misteri teka teki penuh tanda Tanya. Foto yang di tunjuk oleh Nindi
tak lain ialah Ricky yang baru beberapa waktu lalu hadir disini menemui Putri. Sosok yang
misterius meninggalkan tanda Tanya di kepala Putri kini sudah terjawab siapa dia. Putri
hanya menahan air mata yang seakan memang telah habis terkuras kering tak berair. Terang
saja, hal ini yang membuat matanya sembab. Keadaan hening walau secara normal suasana
saat itu telah riuh. Tanpa di sadari bel pun telah berbunyi menandakan jam pelajaran pertma
akan segera di mulai.
*****
“ aku juga seperti mu Put, aku juga turut merasakan apa yang Ia rasakan, kehilangan..... ! aku
tak bisa mengelak kenyataan. takdir memang terkadang tak seirama dengan apa yang kita
inginkan. Aku tak bermaksud meninggalkannya. Andai dia tahu, aku tak sanggup melihat Ia
menangis. Ingin aku memeluknya, menenangkannya, menghapus kesedihannya dan satu hal
yang aku ingin lakukan. Aku ingin membuat Ia tersenyum. Tapi, hal itu tak bisa tuk aku
lakukan untuknya. Sikapnya seperti kamu saat ini Put. Membuat aku tidak tenang
meninggalkannya pergi jauh ! “
Ucapan Ricky yang pagi tadi masih terngiang di telinga Putri. Entah mengapa, seakan kata
kata itu menyiratkan punya pesan tersendiri untuk Putri. Putri melihat bintang dari jendela
kamarnya menyendiri terus memandangi langit. “ engkau pasti berada di antara bintang itu,
Putra. “ ucap Putri. Tatapan yang merasakan kesepian. Rasa kehilangan itu sampai detik ini
pun masih terasa. Baru saja Putri bersama sama tertawa namun karena waktu, kini Putra pun
telah tiada.
Malam pun semakin larut. Jam dinding telah menunjukkan pukul dua dini hari. Namun rasa
kantuk belum juga menyerang mata Putri. Putri masih menatap langit dengan tatapan hampa
terpaku menerawang dimensi lalu saat saat indah bersama Putra sang kekasihnya. Hingga
Putri pun mulai lelah, beranjak menutup jendula. Putri pun merebahkan badannya di kasur
dan mulai berkelana kealam bawah sadarnya.
Saat itu di mimpinya, Putri tengah berada di taman yang indah, tampak sebuah telaga dan ada
sebuah kursi kecil di tepi telaga, tampak satu sosok cowok yang tak asing lagi bagi Putri.
Putri sangat mengenalnya. Ya, itu adalah Putra kekasihnya. Putri pun berlari menghampiri
Putra yang menyambut kedatangan Putri dengan sunyuman. “Sayang.... aku merindukan mu,
aku kesepian tanpa kehadiran mu.” Sapa manja Putri sambil memeluk Putra.
“ sayang, aku juga merindukan mu.” Membalas pelukan Putri.
“ sayang, aku tak ingin melihat kau larut dalam kesedihan, maukah kau berjanji satu hal
untuk aku ? Tanya Putra.
“ apa itu ? “
“ aku ingin kau selalu tersenyum meski tanpa ada aku menemani mu di samping mu sayang ?
berjanjilah pada ku jika kau memang mencintai ku. “ ucap lembut Putra.
“ aku tak bisa Putra, aku tak bisa !. “ air mata Putri perlahan mulai menetes.
“ kamu pasti bisa ! mengertilah tentang hidup. Sadari keadaan ! apa yang ada di dalam hidup
ini hanyalah sebuah titipan, tanpa kita sadari, Tuhan bisa saja mengambilnya. “ kata Putra
lembut menjelaskan.
“ apa ini memang harus aku lakukan Putra ? “
“ iya sayang, tersenyumlah. Aku akan tenang berada diatas sana. Percayalah, aku selalu
mengingatmu. Aku akan merasa sedih jika kau selalu menangis karena kepergian ku. Aku
ingin kamu bisa jadi sosok yang tegar meski tanpa aku. Memang aku tak inginkan adanya
perpisahan di antara kita. Namun, waktulah yang telah memanggil ku sayang…”
Dengan berat hati “ Putra, aku akan mencoba ! .” ucap Putri sambil berusaha menampakkan
senyumannya.
“ aku ingin hati mu rela agar aku bisa tenang sayang. “ kata Putra.
Dari telaga itu, berlabuh sebuah kapal besar entah berasal dari mana. Tampak di atas kapal
terlihat Ricky yang melambaikan tangan kearah Putri dan Putra.
“ sayang aku akan pergi, waktu ku telah menjemput ! ingat pesan ku.”
“ aku ingin ikut bersamamu Putra. Jangan tinggalkan aku,..” rengek Putri.
“ jangan sekarang sayang, percaya yakinkan aku di sana akan selalu menunggu mu.” Putra
kecup kening Putri sebelum beranjak melangkah kan kaki kekapal.
“ sayang, biarkan aku tenang diatas sana tanpa kau usik dengan kesedihan mu karena aku. “
ucap Putra terakhir kalinya.
Kapalpun perlahan menjauh membawa Putra dan Ricky pergi, ada rasa enggan di hati namun
Putra tak bisa berbuat apa apa terhadap keadaan. Ada tampak kesedihan diraut wajah putra.
Sementara itu Putri dari pinggir telaga terus menerus memanggil manggil Putra “ jangan
tinggalkan aku Putra…… jangan ……….! “ terus saja berteriak hingga Putri pun tersadar
terbangun dari mimpinya itu. Tampak sepucuk surat telah tergeletak berada di sampingnya.
Surat yang entah dari mana, Putri pun membuka untuk segera membacanya.
*****
Putri,,,,,
Terus tampakan selalu senyum mu untuk ku………
Ku tak kan ingin air mata mu menetes memancarkan kesedihan karena diri ku…..
Aku memang bukan jodoh mu di dunia ini,
yakinkanlah ada sesuatuu yang lebih indah dari aku di depan sana menunggu untuk mu……..
Aku mungkin bisa pergi meninggalkan mu……
Tapi tidak cinta ku….
Cinta ini akan tetap ada menanti mu di alam sana…..
Forever
Putra
****
Beberapa hari kemudian, Putri tak menampakkan raut wajah yang kusut seperti kaset kusut,
murung tak menentu. Karena satu janji untuk mengenang cintanya. Tak ingin menampakan
kesedihan itu lagi untuk Putra. Biarkan cerita ini mengendap dalam sebuah memori ingatan
yang takkan terlupa menjadi sejarah kenangan indah bahwa dalam hidup Putri pernah ada
Putra. “Senyum ini selalu ku persembahkan untuk mu… abdi ku yang terakhir atas cinta kita.
Aku ingin kau tenang berada di alam sana.”ucap dalam hatinya tulus. Sambil menatap langit
dan tersenyum Putri pun berkata lagi“ Putra, kau kado terindah yang pernah di titipkan Tuhan
untuk ku” dari kejauhan di atas sana Putra membalas senyuman Putri.
By : Winanda Pramesti (Pend. MTK'14)
No comments:
Post a Comment