Translate

Wednesday 9 March 2016

Pelangi Senja di Akhir Tahun

Harum aroma khas embun pagi menemani kakiku memulai melangkah menyusuri jalanan pagi. Sepi 

dan sunyi jalanan di pagi kali ini hanya beberapa truk ekspedisi yang melewati jalanan ini. Sebagian 

besar orang masih enggan untuk keluar, bahkan untuk membuka jendela saja terasa berat. 

Meskipun kebanyakan orang enggan untuk melangkahkan kakinya untuk keluar, tetapi keadaan dan 

cita-cita menuntutku untuk tetap pergi ke agen koran dan mendistribusikan koran dengan ontel 

yang disediakan oleh Kereta Pos. Teringat dek Abel yang luka di kakinya harus disembuhkan karena , 

membuatku harus mengganti rasa malasku dengan tanggungjawab dan cita-cita. Dek Abel adalah 

salah satu korban dari bus yang menabarak barisan anak sekolah yang sedang menunggu jemputan. 

Luka dikakinya cukup parah bahkan dokter berkata dek Abel akan mengalami kelumpuhan 

sementara. 

“Jika dek Abel tidak segera sembuh bagaimana dengan Ayah dan Ibu? Mereka tidak mungkin terus 

menjaga dek Abel, apabila mereka terus tidak masuk kerja maka kemungkinan besar mereka akan 

dipecat.” Gumamku sambil terus berjalan menyusuri jalan Kasepuhan

“Heii!”

“Eh, ngagetin aja Yo.”

“Yuk, buruan Ci jalanya nanti keburu bos agenya berubah jadi singa. “

“Iya sebentar.”

“Semangat dong, loyo gitu.”

 Suara Uyo membongkar fikiranku dipagi itu. Uyo adalah teman seperjuangkanku di Kereta Pos dan 

teman sekelas di kampus. Dia adalah orang yang selalu memberiku semangat dan petuah jika aku 

sedang tak tahu arah. Istilahnya Uyo bagiku adalah bapak keduaku. Kurang lebih 15 menit sampai di 

agen Kereta Pos. 

“ Owalah, mbak Cia ini distributor pada keset semua, jam segini belum datang padahal berita ter hot 

tentang tabrakan bis lusa harus segera dibaca para pelanggan. Padahal to Mbak, ternyata akibat 

tabrakan itu karena sopirnya yang telfon sambil sms an.”Celotehan Bos Agen yang hampir setiap hari 

selalu mengeluh karena distributor yang tidak on time.

Tetapi entah mengapa meskipun pagi itu celotehan bos agen dan hentakan semangat Uyo 

menggebu-nggebu tetapi fikiranku masih terhadang dengan kondisi dek Abel yang sedang terbaring 

di tempat tidur. 

“Aku tidak boleh seloyo ini, ada cita dan cinta keluarga yang harus aku perjuangkan. Aku tidak boleh 

takut dengan ketakutan dan keraguan yang aku ciptakan sendiri. Koran! Koran!” Rasa ini harus 

kubuang jauh-jauh. Sambil mengayuh ontel tua ini aku teringat bahwasanya hari ini di kampus ada 

pengumuman beasiswa S2 di London. Selesai mendistribusikan koran kepada para pelanggan. Segera 

aku dan Uyo berangkat ke kampus naik angkot nomor 7 jurusan Kota Baru. 

“Ci, hati-hati aja lah.” Tegurnya saat aku lompat dari angkot untuk berlari ke menuju majalah dinding 

kampus

“Bagaimana mungkin aku bisa pelan, sedangkan pertaruhan mimpiku yang telah lama kugantungkan 

akan segera terwujud atau bahkan mungkin hanya sedekar mimpi abu.” Sesegera mungkin kubaca 

kertas pengumuman beasiswa di mading. Terus kutelusuri nama-nama penerima beasiswa satu per 

satu. Tepat di nomor 7 nama Oxicia Legowo. 

“Alhamdulillah Ya Allah, sujud syukur atas segala usaha dan doaku selama ini telah dikabulkan Allah 

SWT. Mimpi yang selama ini aku inginkan untuk pergi ke London akan segera menjadi kenyataan. 

Mimpi untuk menjadi reporter Internasional dan penulis terkenal akan segera terwujud.”

“Selamat, Cia usaha dan doamu selama ini tidak sia-sia. Semua peluh dan lelahmu akan terbayar 

sebentar lagi. “

“Kabar baik ini akan segera kuberitahukan kepada bapak, ibu dan dek Abel. Tapi Uyo, bagaimana 

mungkin aku dapat pergi ke London dengan keadaan dek Abel yang seperti itu serta keuangan bapak 

ibu yang sedang kalang kabut. Aku sebagai anak sulung seharusnya bisa selalu membantu kedua 

orang tuaku. Jika aku pergi maka tidak menutup kemungkinan dek Abel akan lumpuh permanen dan 

Bapak ibu akan menjadi pengangguran.”

“Jika jalan saja membutuhkan persimpangan untuk mencapai tujuan yang ingin dituju, maka hidup 

itu juga mempunyai pilihan untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Setiap pilihan pasti sulit, yang 

dibutuhkan adalah tanggung jawab terhadap pilihan yang kita pilih. Kalau kamu yakin untuk pergi ke 

London pasti akan ada jalan untuk kesembuhan dek Abel. Percayalah bahwa pertolongan Allah itu 

Nyata.”

“Mungkin aku butuh waktu terlebiih dahulu untuk memutuskan ini semua, yang pasti aku tidak mau 

terbakar oleh ambisiku sendiri.”

3 hari berlalu bergitu cepat, keputusanku untuk pergi ke London semakin menurun. Dek Abel yang 

belum kunjung sembuh karena keterbatasan biaya yang dimiliki serta bapak yang menjadi 

pengangguran karena ada PHK di kantornya membuatku semakin enggan untuk berangkat ke 

London. Padahal 2 hari lagi aku harus memutuskan untuk tetap pergi ke London atau menjalankan 

tugasku sebagai anak dan kakak bagi dek Abel. Lamunan ini terus menggelayut dibenak, seperti 

halnya mendung di langit pikiranku seakan gelap tak hampir tak ada cahaya. Sambil terus berfikir 

tentang kepergianku ke London. Tiba-tiba ada sms ada Uyo dia ingin berkunjung ke rumah sore ini. 

Tak biasanya Uyo berkunjung sore-sore seperti ini. Selama 5 tahun aku berteman denganya, untuk 

main kerumah biasanya dia lebih memilih malam hari. Sekitar 20 menit Uyo datang.

“Uyo tumbenan sore-sore main kerumah ada apa? Siapa itu?” Tanyaku

“Ada hal penting yang ingin aku bicarakan Ci. O ya perkenalkan ini Bapak Suratman pemilik Kereta 

Pos. Mungkin bapak, ibu dan dek Abel bisa dipanggil Ci.”

“Oke Yo. Sekarang bapak, ibu dan dek Abel sudah ada. Apa yang ingin kamu bicarakan?”

“Baik, begini Ci. 3 hari yang lalu aku menemui pak Suratman dan bercerita tentang semua masalah 

yang sedang kamu hadapi. Dan dengan dedikasi kamu di kereta Pos yang tinggi pak Suratman ingin 

memberikan biaya pengobatan untuk dek Abel sampai dek Abel sembuh total. Biaya tersebut gratis.”

Sambil tersenyum Pak Suratman berkata “Iya mbak Cia, karena mbak Cia telah berkerja sepenuh hati 

di Kereta Pos maka dari perusahaan memberikan pengobatan gratis untuk dek Abel sampai dek Abel 

sembuh. Ini bentuk reward perusahaan terhadap karyawan yang telah berdedikasi tinggi terhadap 

perusahaan. Dan untuk penggantimu di bagian distributor maka Pak Legowo bisa berkerja di Kereta 

Pos.

“Ya Allah, Alhamdulillah. Terima kasih banyak pak Suratman, Uyo.” Senyumku lebar mendengar 

berita tak diduga-duga ini.

“Nah, berarti kamu besok lusa bisa berangkat ke London Ci. Tanpa harus memikirkan biaya 

perawatan dek Abel dan bapakmu juga dapat kembali bekerja. Dan jangan kawatir aku akan menjaga 

dek Abel. Dan ada satu hal lagi yang telah lama ingin aku ucapkan. Sebelumnya lihat diluar sana Ci. 

Ada siapa di luar sana?”

Sambil heran “Loh, itu kan bapak ibu kamu Yo. Ada apa lagi ini?” 

“Telah 5 tahun kita kenal Ci, selama itu pula aku belum pernah menjumpai sosok gadis tangguh, 

kharismatik dan energik seperti kamu. Hampir di setiap doaku selalu aku selipkan namamu di doaku. 

Selama 5 tahun pula aku telah mengagumi secara diam. Rasa ini masih aku simpan rapat di dalam 

doa. Aku tidak ingin berlama-lama menyimpan rasa ini. Karena semakin lama aku menyimpanya 

maka rasa itu akan bertambah atau justru pudar. Di bawah senja akhir tahun ini, aku ingin 

menjadikanmu bidadariku didunia dan diakhirat. Bismillahirohmanirrohim Oxicia Legowo apakah 

kamu bersedia menjadi istri saya?”

Terdiam seketika. “Entah apa yang harus aku katakan Uyo, sebenarnya selama ini pun kamu juga 

selalu aku sebut dalam sujud dan doaku. Sama sepertimu aku hanya bisa diam dan percaya bahwa 

jika memang jodoh sekuat apapun aku menendangnya ketepi maka jodoh itu akan tetap kembali 

kepadaku. Aku juga bukan sebaik wanita seperti apa yang kamu bayangkan, tetapi jika kamu ingin 

aku menjadi penyempurna agamamu maka dengan mengucap Bismillahirohmanirrohim Uyo Santoso 

aku bersedia menjadi penyempurna agamamu.”

Senja akhir tahun ini begitu indah, semua doa dan usahaku terjawab lengkap. Semua ini adalah 

ketidakmungkinan yang selalu aku semogakan. London adalah mimpi yang selalu aku gantungkan di 

depan kening dan Uyo adalah jawaban dari kesendirianku selama ini. Dan semua kejadian ini 

bagaikan Pelangi senja di akhir tahun.


Desta (Biologi'14)

No comments:

Ads Inside Post