Hidup
itu Pilihan, Kamu Pilih Jadi Apa?
Atiqah
Nur Farida / P.Indonesia ' 15
Pasti kalian sering mendengar
ungkapan “Hidup itu pilihan” iya, kan? Saya berani bertaruh, setidaknya sekali
sepanjang hidup kalian, tidak saklek seperti
itu juga namun dengan makna yang sama. Menurut kalian bagaimana dengan ungkapan
seperti itu? Benar atau salah? Waduh, masih
juga di paragraf pertama sudah ada saja pilihan yang muncul. Jadi, anggap saja
ungkapan itu adalah suatu kebenaran, bukan anggap saja, tapi memang begitu
adanya, kalian harus terima.
Hidup adalah kumpulan dari berbagai
paradoks, hidup itu suatu hal yang harusnya dilihat dari berbagai sudut
pandang, hidup itu terdiri dari berbagai opsi, pilihan. Beberapa waktu lalu
saya sempat terjebak—lebih tepatnya merelakan diri dijebak—dalam perbincangan
cukup serius di waktu nongkrong tengah malam bersama teman-teman saya, dua
teman saya lebih tepatnya. Kami saling melontarkan berbagai pilihan-pilihan
yang ada kaitannya dengan hidup, sederhana saja, dengan hal-hal yang ada di
sekitar, hal yang dekat dengan kita. Contohnya, “Mengkritik atau dikritik?”
“Individu atau kelompok?” “Terbuka atau tertutup?” “Dipilih atau memilih?”
“Ditinggalkan atau meninggalkan?” hingga “Ban depan atau belakang?”.
Percayalah, di setiap pilihan yang kami lontarkan memiliki makna tersendiri,
yang melontarkan pilihan akan melihat bagaimana lawan tuturnya memilih dan
memberikan alasan.
Kenapa harus memilih? Ya simpel
saja, kan harus, hehehe. Tidak dapat
dihindari, hidup itu akan selalu menyuguhkan kita pilihan-pilihan, kenapa?
Karena ada dua macam takdir yang menimpa kita ini, takdir yang dapat diubah dan
takdir yang tidak dapat diubah. Nah, mengenai takdir yang dapat diubah, kalau
kita menginginkan yang terbaik pastilah kita harus berani memilih. Untuk dapat
menentukan pilihan yang terbaik setiap orang memiliki sudut pandangnya
masing-masing, dan bagaimana mereka mempertimbangkan pilihan tersebut. Tak
jarang akan ada yang gegabah, akan ada yang salah, tapi percayalah, segala
sesuatu itu nantinya akan mengantarkan kita pada yang terbaik nantinya,
nantinya loh ya.
Jadi jangan takut menjadi apa,
jangan takut memilih apa, menjadi beda itu tidak apa-apa, kalau mau sama dengan
yang lainnya juga tidak apa-apa, kembali lagi toh hidup itu pilihan kita semua, jadi bagaimana nantinya ya
terserah kita. Kita yang memilih, kita juga yang akan menanggung risikonya.
No comments:
Post a Comment